Search

8 Jan 2009

KEMATIAN


Tuhan ada di sisi kita, di setiap hembusan napas

KEMARIN saya melayat. Peti mati ditaruh di tengah ruang tengah, dengan kaki-kaki ditaburi kapur. Ada sebaskom es batu teronggok di bawah peti.

Perempuan di dalamnya terbujur kaku. Dari balik kain berenda yang transparan, saya melihat wajah sepuh itu terpejam damai. Ia mendekap al kitab. Rapi ia disoleki, bersiap menuju kepada-Nya.

Kawan saya, anak ibu yang meninggal ini, masih menyisakan ratap. Matanya sembab. Tak kurang-kurangnya saya memberinya kekuatan agar ibunya diikhlaskan saja. Ia mengangguk mengerti. Tetapi, kala misa dikumandangkan seorang Romo, airmatanya kembali tempias.

Aroma kematian menyelubungi segenap ruang. Rangkaian melati menuang misteri ajal yang sukar disingkap. Saya merokok di sudut ruang, meneliti dengan diam-diam apakah ada malaikat yang mengintip dari celah jendela dan menatap saya dengan seksama.

Saat berpamitan, kembali saya memandangi almarhumah. Menitipinya beberapa lafal doa agar beliau pergi dengan sedamai-damainya. Saya merasa ia mengayunkan tangan, mengucap terima kasih. Lalu kami berpisah di persimpangan jalan.

***

KEMATIAN adalah sebuah ruang yang letaknya hanya dibatasi parit. Kita bergerak lurus di sisi lain selokan, dan sewaktu-waktu terjerembab ke sisi lainnya lalu memasuki alam moksa.

Saat pulang dari melayat itu, saya merasa hidup ini cuma sementara, sebab jiwa kita bisa tanggal manakala Tuhan menghendaki, kapanpun, dimanapun, oleh sebab apapun.

Saya merasa kecil dan tak punya makna. Saya hanya debu yang dihempaskan angin, hinggap dimana udara menggiring saya. Dan ketika sudah waktunya sapu menghalau, tamat sudah riwayat debu.

Kematian adalah masa dimana kita perlu istirahat setelah lelah, kembali ke tanah, dan melambaikan tangan pada orang-orang tersayang.

“Tuhan, beri saya sedikit lagi waktu untuk berbuat baik agar kematian saya tidak sia-sia …”

8 komentar:

Ayik dan Ernut mengatakan...

sabar Mas , saat itu pasti segera datang, cepat aatupun lambat...But, BTW, apa sampeyan sudah siap ? kalau belum, patutlah bersiap-siap...

Anonim mengatakan...

Kematian adalah akhir episode yang pasti dialami setiap mahluk yang bernyawa termasuk saya. Kematian bagi saya ibarat bom waktu..

Ge Siahaya mengatakan...

Manusia itu ibaratnya bunga rumput, sekarang ada besok lenyap ditiup angin, bahkan dimana tempatnya berada pun tidak lagi akan diingat orang.

Mas, kematian tidak perlu ditunggu, sebab dia pasti datang.. Kalau menurut saya hidup ini yang harus dijalani one day at a time dan sepanjang jalan terus mengucap syukur, sehingga ketika menutup mata, tidak ada penyesalan.

Senyum dong, jgn muram terus entri-nya.

GBU

ANGGUN PUSPITA mengatakan...

gunakanlah waktu mas sebaik-baiknya dengan berbuat baik dan niat yang tulus, agar hidup mas juga gak sia-sia.
Semoga Tuhan mengabulkan doa mas.
Semangat!!!:)

Ge Siahaya mengatakan...

O iya sejak awal liat gambarnya saya tertarik pada tangan itu, jadi, tangan siapakah itu yg meletakkan sekuntun bunga? Atau gambar itu bukan koleksi pribadi?

Yudhi Gejali, dr. mengatakan...

Mati??
Hal yang pasti terjadi.
Tapi anehnya, jarang manusia yang benar-benar mempersiapkannya semasa hidupnya.

Mas, postingnya kok serem-serem terus sih..gambarnya pocong ama makam. mbok yah yang lain gitu.

Anonim mengatakan...

sepertinya kematian itu menarik. ia seperti sebuah pembebasan

Anonim mengatakan...

kematian itu perihal memadamkan lampu karena pagi telah datang.

- kutipan yg saya lupa dari mana