Search

26 Jan 2009

GUNUNG DI HATI MAS GOENOENG


'Ketuban' saya pecah. Dan bergegas 'anak' itu lahir saat saya memasuki gerbang pintu rumah Mas Goenoeng ...

***

HATI saya berderap kencang. Seperti belia yang bertemu gadis pujaan untuk kali pertama. Saya menyeruak, menyalami tuan rumah, dan menyelonong hingga dapur, seolah dituntun peri.

Mas Goenoeng tak seperti yang saya bayangkan. Menuju rumahnya dengan sepeda motor, saya mengira orang yang mau saya datangi ini pendiam, takzim, dan berbicara sepatah dua kata. Namun dugaan saya meleset. Ia berbicara dengan sekujur tubuh. Dan riuh.

Siang kemarin memang ajaib. Saya sedang menggasak sampah yang menyumbat got rumah tatkala ponsel menyalak. Saya pijat tuts dengan tangan penuh lumpur. “Plesir ya Mas?” Bunyi sebuah pesan pendek. Saya jawab, “Lagi nyogoki selokan, Mas. Anda di Plamongan atau Banyumanik?” Kemudian saya girang bukan kepalang lantaran Mas Goenoeng sedang di Plamongan (sekompleks dengan saya), yang berarti inilah waktu yang tepat untuk bertemu, setelah berulang-ulang janjian ketemu kalah oleh waktu yang menggesek.

Mungkin kami sama-sama saling mengagumi. Mungkin juga ada 'rasa' yang lajurnya sama. Bukan hanya lantaran kami saling memberi komentar di blog masing-masing, atau sekadar ber-hallo ria di shutboks, melainkan karena kami juga saling 'mengisi'. Ia dan saya seperti telah sekian belas tahun berkawan. Padahal belum setahun kami saling menyapa. Itu mengapa saya mengendarai motor dengan semangat 45, menyusuri jarak rumah kami yang hanya ditempuh 2 menit saja.

Tiba di rumahnya yang berniat ia kontrakkan (ia dan keluarganya memilih tinggal di Banyumanik -- sebuah kawasan sejuk di kawasan atas Kota Semarang -- antara lain karena anak-anaknya sudah telanjur bersekolah di sana), saya menyadari ada kesamaan penampilan. Kami sama-sama bercelana kutung, berkaus ala kadarnya, dan berjam tangan. Yang membedakan, ia punya gelang di tangan kiri, sedang saya tidak. Saya tak berkacamata, ia iya. Satu lagi, ia putih saya cokelat, hahahaha ...

Saya duduk di ruang tamunya dalam lanskap negeri dongeng. Mas Goenoeng memadukan gordin dan cat tembok mirip balairung, dan ... puitis, seperti puisi-puisinya yang menyentuh. Tiga lukisan di dinding, dengan perkawinan dua lampu lentera kereta kuda, menyiratkan kesan tuan rumahnya punya selera seni tinggi. Teras dibubuhi batu alam yang cerdas, dengan bangku kayu nan unik dan lebar, membuat saya berniat mencuri idenya untuk suatu saat saya adopsikan di rumah.

Perbincangan yang mengapung di semilir angin. Dari hal teremeh sampai masalah berat. Ia menggelar beban hidup dan kegersangan jiwa, saya juga begitu. Ia mengisahkan ihwal titik terendah dalam hidupnya, saya merespon dengan sumbangan saran. Ia memberi saya perenungan, saya mengunyahnya dengan hikmat.

Hanya ada dua bungkus rokok di atas meja, plus dua gelas kecil dan sebotol besar air kemasan. Saya lupa menenggak air ini hingga lebih dari sejam perbincangan, karena waktu seolah menderu, sementara diskusi kami belum separuhnya kelar.

Saya harus berpamitan karena ada famili yang mau berkunjung ke rumah, meninggalkan Mas Goenoeng dalam putaran nadi dan denyut hidup yang menganiaya.

Suatu saat nanti kami bertemu lagi, entah di mall atau warung tenda, dengan semangat yang lebih menyala.

13 komentar:

Ge Siahaya mengatakan...

Hihihi... haloooow.. (^_^) Ooh itu toh kalian berdua (^^,)

Anonim mengatakan...

asyiknya yang kopdaran

Anonim mengatakan...

akhirnya rasa kangen terobati dg kopdar ya. lha, kapan saya bisa kopdar dg anda2 berdua ini:P

Anonim mengatakan...

wah asyiknyaaaa ... kapan-kapan buleh gabung ga mas? hiks hiks

Anonim mengatakan...

aku jd inget jaman kita sering sua di Jogja yo Mas. Sampean tampak kelelahan ketika datang, lalu tiba-tiba ambruk di karpet kosku, lantas tidur. dan malemnya kita maem di jalan solo, mengunyah penyet, dan ngakak hebat di trotoar. kapan itu terulang lagi Mas?

Anonim mengatakan...

aih, ketemuan sesama bloger pst asik ya. aq pnya bbrp temen yg ngeblog jg tp janji ketemu ga jadi2.

Sekar Lawu mengatakan...

waah...ternyata long weekend kemaren benar2 jadi ajang kopdar blogger ya Mas...kapan nih kita kopdar Mas arief ?

Arief Firhanusa mengatakan...

@-G-: Ganteng-ganteng kan mbak? Salah satu diantara kami pernah nominee pria terseksi di pantai laut selatan, bhwkakakak!

@Ely: Iya El, gurih dan nikmat :p

@nita: tiketnya ke Iowa ente yg mensponsori ya Nit **kabur**

@poepoet: buleh Put, tapi di Kampung Laut dan kamu cukongnya, hahahaha!

@Bill: aku trenyuh tiap kali mengingat itu. Sedih dan gembira kita pikul bersama. Pasti, pasti nanti terulang lagi, Bill.

@adis: sabar, Dis, pasti kenikmatan serupa akan kau rasa.

@Mbak Ayik Sekar Lawu: di gazebo itu loh Mbak, kalau di emperan depan ogah aku! Hihihihih ...

Anonim mengatakan...

asyik juga membacanya. Hm, dimana sohib-sohib gw kini berada ya?

Anonim mengatakan...

selamat utk yg bisa kopdar-kopdaran. ketemuan antarblogger emang asik punya. selain menambah temen, jg bisa sharring sepuas-puasnya, melebihi kalo kita ketemu kawan lama.

Ge Siahaya mengatakan...

Pernah jadi nominee atau menominasikan diri sama Nyi Rr?? Hahaha (^^,)

Tapi eh suiiit suiiit... dengkulnya mulus tuh.. suiit suiit...

goresan pena mengatakan...

huaaaa.....akhirnya ketemu juga dua tetangga ini...halahhhh.....

nggak pake ngopi-ngopi bareng gitu yah...?

saya tebak deh...pasti yang dibicarain lebih banyak "dulu..."hehe...

ya nggak? ayo ngaku...ayo ngaku...

Anonim mengatakan...

whalah, aku ketinggalan postingan uakeh ta.
kok produktif banget mas, tumben. :D

kapan ngobrol2 maneh ki. kayaknya masih banyak yang harus di udharasa, haha...

*wah, pamer dengkul kabeh ik*