Search

5 Mei 2008

DARI DOEL SUMBANG HINGGA LETTO




EVOLUSI lirik lagu domestik memamerkan kemajuan yang mengejutkan. Tahun 80-an, lirik-lirik blak-blakan dan kampungan macam: .. madu di tangan kananmu, racun di tangan kirimu, aku tak mau mana yang akan kau berikan padaku … berkelebat di radio.

Atau kalau mau ada yang sedikit nakal adalah torehan Doel Sumbang dan Gombloh. Coba simak petikan lirik lagu Juwita milik Doel Sumbang ini: nyamuk nyamuk yang nakal serta kecoa liar, jadi saksi kita berdua//kala kita bercumbu rayu di sudut kamar, dalam keremangan lentera // kugenggam tanganmu, kuremas jarimu // kucium bibirmu juwita, perlahan matamu terpejam // waktu aku bisikkan ajakan di telingamu, kau menatap lalu mengangguk setuju//malam larut dan dingin membuat kita gila, hampir lupa akan segala-galanya …

Era 90-an menempatkan Dewa sebagai pionir penciptaan lirik yang filosofis, bersayap, dan megah seperti nukilan lagu Kirana ini: Kucoba memahami tempatku berlabuh//Terdampar di keruhnya satu sisi dunia//Hadir dimuka bumi tak tersaji indah//Kuingin rasakan cinta // Lusuh lalu tercipta mendekap diriku//Hanya usung sahaja kudamba kirana//Ratapan mulai usang nur yang kumohon//Kuingin rasakan cinta//Manis seperti mereka

Tetapi pada era bersamaan, ada Slank yang menulis lirik lagu-lagu yang amat sembrono dan asal cetak. Syukurlah kelompok selengekan itu juga romantis. Misalnya dalam lagu Terlalu Manis yang sarat melodi lirih seperti ini: Terlalu manis untuk dilupakan, kenangan yang indah bersamamu di dalam mimpi …

Akhir 90 hingga awal 2000-an melejit sejumlah band dengan corak yang beragam. Tetapi ada yang patut dicatat perihal kreativitas mereka menciptakan puisi untuk diusung ke dalam lagu. Misalnya Peterpan dengan Bintang di Surga-nya yang reffrainnya puitis ini: bagai bintang di surga dan seluruh warna//dan kasih yang setia dan cahaya nyata // oh bintang di surga berikan cerita dan kasih yang setia, dan cahaya nyata …

Bicara tentang puitis-puitis begini tak salah menyebut Letto sebagai pendatang baru yang sukses membius penikmatnya dengan lirik-lirik dahsyat. Coba simak Ruang Rindu ini: Di daun yang ikut mengalir lembut, terbawa sungai ke ujung mata//Dan aku mulai takut terbawa cinta, menghirup rindu yang sesakkan dada//Jalanku hampa dan ku sentuh dia, terasa hangat di dalam hati//Kupegang erat dan kuhalangi waktu, tak urung jua, ku lihatnya pergi .. Hmm, indah, bukan?

Letto memang mempunyai kekuatan tersendiri dalam karya musik yang digarap. Selain Ruang Rindu, Sandaran Hati, dan yang terbaru Sebelum Cahaya, menggotong lirik yang puitis. Itu masih dibalut pula aransemen yang easy listening.

Walhasil, grup yang digawangi Sabrang Mowo Damar Panuluh atau Noe (vokalis), Agus Riyono atau Patub (gitar), Ari Prastowo alias Arian (bass) dan Dedi Riyono atau Dhedot (drum), ini berhasil menembus jajaran papan atas blantika industri musik Indonesia.

Selain laris manis untuk theme song sinetron, tembang-tembang Letto pun diterbitkan dalam bentuk buku, yakni Ruang Rindu dan Sebelum Cahaya.

Untuk kawasan “solo”, Bunga Citra Lestari ikut dalam deret penyanyi yang relatif sukses melantunkan lirik puitis dalam lagu Aku Tak Mau Sendiri. Coba telaah reffrain lagu yang juga salah satu soundtrack film Cinta Pertama ini: Kirim aku malaikatMu, biar jadi kawan hidupku//Dan tunjukkan jalan yang memang kau pilihkan untukku // Kirim aku malaikatMu//kar’na ku sepi berada disini // Dan di dunia ini, aku tak mau sendiri … Ada keindahan yang menyesap, ada emosi yang menyentak-nyentak rasa. Ada susastera yang ikut di dalamnya.

Setidaknya lirik-lirik indah di atas menggoyang lirik ‘kampungan’ macam: .. wo o, kamu ketahuan, pacaran lagi, dengan dirinya, temain baikku … BAH!

6 komentar:

Ardjoenaz mengatakan...

ada lirik lagunya slank

Generasi
masa depan
tak berpendidikan
penyakitan

syairnya kasar.. tapi telak mengena.. bentuk bentuk lirik yang kampungan itu pun representasi dari tidak TERDIDIKnya para musisi secara estetika..ya maklum saja lah.. Televisi katro sebagai Gurunya :)

Guru yang baik mengajari.. Guru sejati memberi inspirasi..

Arief Firhanusa mengatakan...

Hahahaha ... cerdas juga komentar sampean Jun

Meita Win mengatakan...

hmm...pengamatan yang bgs tentang lirik lagu, Letto emang keren...

*salam kenal, mas!*

Anonim mengatakan...

mas arif memang TOP.
lama-lama cinta aku sama sampeyan

Anonim mengatakan...

kadang kita perlu mendengarkan lirik lagu yang indah dan puitis. tapi buat aku sih musik adalah sarana pelepas penat. aku tidak bisa membayangkan harus mengartikan sebait demi sebait lagu yang kudengarkan. malah marai mumet.

straight to the point justru aku suka.

seperti gini...

loe tau gak mafia selangkangan
tempatnya lendir-lendir berceceran
uang jutaan bisa dapet perawan


lugas, tanpa tedeng aling aling
polos, tanpa menonjolkan kemunafikan

Anonim mengatakan...

Hahahahaha .. ngakak tenan aku. Itu lagu Slank kan? Set dah!