Search

5 Apr 2008

WORLD TRADE CENTER


TENGAH malam tadi, di sela-sela menggarap Bolamania saya iseng memutar DVD di laptop. Judulnya World Trade Center.

Awalnya saya mau menyewa film ini (dari 10 keping yang saya bawa pulang dari rental) karena empat hal. Pertama, film ini dibintangi Nicolas Cage (selain itu ada nama-nama Michael Pena, Maggie Gyllenhaal, dan Maria Bello). Kedua, WTC dibesut Paramount Pictures, produsen film favorit saya di luar Warner Bros dan Universal.

Ketiga, sutradaranya Oliver Stone! Maklum, Pak Oliver ini mahir bikin film kelas Oscar yang hampir semua saya lahap macam Platoon, Born On The Fourth Of July, JFK, Natural Born Killers, Alexander, Wall Street, U Turn, Scarface, Looking for Fidel, dan masih bejibun lagi.

Dan keempat, rasanya saya kena bujuk rayu mbak penjaga rental. Dia bilang begini: “Ini film bagus, loh Mas. Saya saja sampai menangis saat menonton,” ujarnya dengan mimik muka serius. Wah, untuk urusan tangis-tangisan saya memang nomor satu. Iya dah, saya ambil! Begitu respon saya.

WTC diangkat dari kisah nyata Tragedi WTC, 11 September 2001. Film ini mengisahkan dua orang polisi PAPD, John McLoghlin (Nicolas Cage) dan Will Jimeno (Michael Pena), yang tertimbun reruntuhan WTC dan terluka parah saat mencoba mengevakuasi korban.

Saat-saat dekat dengan maut, John dan Will menampakkan sisi-sisi terbaik kemanusiaan yang mereka miliki. Keberanian, semangat, doa, cinta keluarga, dan setia kawan.

Suasana psikologis para istri, Donna yang ibu dari 4 anak (istri John) dan Allison, ibu 1 putri kecil dan tengah hamil tua (istri Will), juga digambarkan sangat natural.

Terlepas dari apakah ini film propaganda atau bukan, tapi di sini mengungkapkan kekuatan keberanian, kesetiakawanan, dan cinta kasih.

Mencekam dan mengharu biru. Dalam percakapannya dengan John McLoghlin di tengah beton yang menghimpit tubuhnya, Will Jimeno menyentak airmata pemirsanya dengan kalimat yang amat menyayat: “Aku boleh mati setelah melihat anak pertamaku lahir …”

Saya malu mengutarakannya sebab istri saya sering meledek bahwa saya cengeng. Tapi, tadi malam saya memang benar-benar menangis …

1 komentar:

Anonim mengatakan...

saya juga suka dengan film2nya Oliver stone. apalagi kisah pembunuhan JFK itu. saya lalap habis. saya putar berulang-ulang.

mantab benar.