Search

15 Apr 2008

RAISE YOUR VOICE


SENIN malam lalu saya sangat sulit tidur. Barangkali ‘salah obat’. Saya nenggak dua butir vitamin beda merk. Terasa bugar, tapi jadi sulit tidur.

Daripada bengong atau merokok berbatang-batang, iseng saya pindah-pindah channel TV. Berhenti di SCTV karena ada film. Ini di luar kebiasaan. Biasanya saya melewati SCTV dengan cepat karena stasiun ini diguyuri sinetron yang memualkan.

Raise Your Voice. Itu judulnya (saya tahu judul itu setelah film ini berakhir, melalui kredit titelnya). Kisahnya biasa saja, yakni tentang gejolak kawula muda. Perihal hasrat bermusik yang susah dibendung. Mereka mendaftar di sebuah perguruan musik di Kota Baltimore, Amrik, dengan kemungkinan diterima super sulit. Itu mengapa siswa-siswi di akademi ini sedikit. Meski jumlahnya terbatas, tapi luar biasa sekali bakat mereka di berbagai bidang, menyanyi, bermain gitar, biola, sintesiser, piano, dan sebagainya.

Tak perlu panjang lebar mengurai jalan cerita. Butir-butir yang patut dipetik dari film ini ialah mengenai kesetiaan seseorang pada sesuatu. Terri (yang diperankan oleh Hillary Duff) bela-belain ‘membohongi’ ayahnya hanya untuk memasuki sekolah ini. Idealisme yang tak sekadar berharap mendapat beasiswa, tapi berpondasi cinta. Jaman sekarang orang menjadi kapitalis karena uang adalah berhala. Tapi Terri dan kawan-kawan membantahnya dengan kesenimanan.

Kesetiaan, kesetiakawanan, rasa persaudaraan yang amat kental, dedikasi, integritas, adalah aroma film indah ini. Diselingi beberapa adegan bermusik yang rancak dan membuat kepala bergoyang tanpa sadar, Raise Your Voice pantas ditonton, terutama oleh kaum bapak yang arogan, ibu yang demokratis, dan kawula muda yang sedang mencari jatidiri.

Film tentang musik biasanya berat. Amadeus, misalnya, mengisahkan tentang Mozart, atau Impromptu yang menceritakan soal Chopin. Lalu ada Impromptu in Highly (dibintangi Hugh Grant), The Sound of Music, The Pianist, Together (dimainkan Tangyun, violis dari China), dan Shine.

Raise Your Voice enteng namun berisi. Angle maupun kastingnya tidak kampungan. Pita seluloid menjadi kekuatan film ini sehingga gambarnya sungguh detail dan indah.

Hillary Duff juga bermain ciamik dan dingin. Berbeda saat ia bermain di Material Girls yang bertingkah kekanak-kanakan, di Raise Your Voice ia menunjukkan akting brilian dan bikin gemas, terutama saat ia bernyanyi di panggung dalam adegan terakhir yang menguras airmata.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

ciamik memang film ini. aku juga kebetulan nonton. ada lagi bang film tentang musik yang ringan bgt. August Rush. aku nonton DVD nya. sumpah apik bgt. saya juga nyaris berlinang air mata. kali waktu kalau luang tonton august rush.

BTW, itu yang ditenggak dua butir vitamin ato viagra?

Arief Firhanusa mengatakan...

Wah, aku blom nonton yg itu brur, tapi pasti aku catet utk daftar perburuan.

Soal viagara: wahwhahwkakakak ...