Search

26 Apr 2008

INDONESIA IDOL


INDONESIA IDOL menjadi pelipur lara. Tadi malam, di RCTI, digelar babak workshop. Seluruh 12 kontestan cewek unjuk kebolehan di depan Titi DJ, Anang, dan Indra Lesmana. Dari 12 orang itu, 4 diantaranya didepak, dan tinggal 8 yang kelak bakal beradu top di babak spektakuler.

Kualitas mereka? Namanya juga kontes audisi. Jadi ada yang oke, ada juga yang letoy. Situasi macam ini juga pasti terjadi di deretan peserta pria yang nanti malam (Sabtu, 26/4/08) beraksi di depan juri dan masyarakat pemirsa televisi.

Tapi yang patut di-stabilo adalah kentalnya acara ini dengan elemen-lemen bermutu. Taruh misal, seluruh juri – Titi DJ cs itu – begitu dingin cara menilai, dan simpel. Simpel bukan berarti mereka tidak pintar, namun justru penuh muatan.

Saya tidak setuju dengan beberapa komentar di sebuah forum milling list yang menyebut bahwa juri-juri itu tak punya sikap. Titi, Anang, dan Indra bukan Paula Abdul, Simon Cowell, dan Randy Jackson. Anang memang nylekit seperti Simon, Titi adem dan keibuan macam Paula, dan Indra bijak seperti Randy. Tapi ini pasti bukan disengaja oleh produser Indonesia Idol. Lagian, kalaupun menjiplak, sah-sah aja. Lha wong II (Indonesia Idol) itu kan gagasannya dari American Idol (AI).

Kembali ke pentas tadi malam. Suasana temaram panggung, plus layar digital di latar belakang yang membuat sang penyanyi berkelebat-kelebat dengan aksinya dari rekaman sebelum naik pentas, membuat II lebih cerdas ketimbang kontes sejenis yang kini marak di televisi. Para peserta pun dibalut busana simpel dan tidak norak.

Suasananya memang AI banget. Tetapi idol versi Indonesia ini tidak miskin variasi. Contohnya ketika Wulan diberi kejutan dengan kehadiran dua orang tuanya yang renta di studio. Peserta asal Solo itu menangis sesenggukan saat menciumi pipi dan pundak sang ayah. Saya haqul yakien ini bukan sandiwara. Lalu ada pula Harvey Malaiholo yang dihadirkan untuk memberi beberapa komentar dari bangku penonton.

Ada hal lain yang turut membedakan II dengan kontes sejenis di negeri ini, yakni tampang kontestan. II tak menggubris performa, tapi suara. Maklum, ajang ini memang mencari bakat untuk industri rekaman, bukan pamer wajah tetapi suaranya jeblok (tak perlu saya sebut kontes apa saja yang pesertanya cakep-cakep itu).

Pendek kata, saya tiba-tiba tidak alergi lagi menonton acara semacam ini. Tapi tetap saja mual menyaksikan kontes audisi yang presenter dan jurinya cengengesan kayak yang di Indosiar itu!

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Indonesian Idol? bhuwhahwhahahw,, hahwhakakakak

Anonim mengatakan...

kenapa ngakak wool? ada yg lucu?