Search

25 Feb 2009

PERTAMA KALI KE LUAR NEGERI (1)


ENDANG, ibu tiri kami, mengisahkan pengalamannya menjadi TKW di Kuala Lumpur. Saya pura-pura takjub, seolah tak pernah menginjak Malaysia. Di sudut lain ruang tamu Bapak, Indah, adik saya nomor dua, hanya mesam-mesem saja.

Nah, inilah yang terjadi pada 1996, ketika saya untuk pertama ditugasi ke luar negeri oleh Tabloid BOLA. Sesuatu yang memalukan, sekian lama saya simpan, tapi tak tahan untuk tak diceritakan.

Pagi, di Soekarno Hatta, jantung saya berayun tak teratur. Maklum saja, ini pertama saya bakal menumpang pesawat terbang.

Di tangga menuju lambung Singapore Airlines, Bang Apul, wartawan senior Suara Pembaruan, sudah menjinakkan hati saya lewat joke-joke-nya yang renyah. Tapi saya tetap dengan dada berderap. Lalu duduk diam di kursi, melihat sekitar seperti pria kampung yang tahu-tahu telah berada di jantung Jakarta yang hiruk pikuk.

Beberapa menit menjelang terbang, sejumlah pramugari (cantik-cantik pula) berkeliling. Mengecek ini-itu. Menyuruh penumpang mematikan elektronika, atau sekadar mengingatkan agar kami mengunci perut dengan seat belt.

Sabuk pengaman! Aih, yang mana? Gimana caranya mengunci? Saya panik tak keruan saat telah menemukan sabuk pengaman tetapi berkali-kali gagal mengaitkan. Lebih panik lagi waktu seorang pramugari datang. Saya berpikir cepat. Supaya tak malu, segera saya tutupi perut dengan jaket, dan pura-pura sibuk membaca koran. Syukurlah, sang pramugari menganggap saya aman. Saya nyengir, tapi pahit.

Lebih pahit lagi pada babak berikutnya. Saat pesawat sudah di atas awan, pramugari mulai membagi-bagi makanan. Giliran satu diantaranya sampai di kursi saya. Menebar senyum sebentar, lalu ia bertanya: "Beef or chick?"

Tentu saya gugup. Maklum, kala itu Inggris saya belepotan dan tak siap berbincang. Asal saja saya bilang: "Beef!" Eh, tak tahunya ia menyodorkan daging. Alamak, rupanya ia bertanya saya ingin daging atau ayam!

Pesawat transit di Bandara Changi, Singapura. Saya dan Bang Apul melenggang di hamparan lantai bandara yang luas. Diterpa sejuk udara, saya mencabut Gudang Garam dari tas. Menarik sebatang dari bungkus, lalu menyelipkan sigaret di bibir.

Seseorang menepuk pundak. Saya kaget bukan kepalang. Seorang bule. Ia mengingatkan saya agar tak merokok di sana, sembari ditunjukkannya tulisan "dilarang merokok" di tembok. Buru-buru saya telusupkan lagi rokok tadi, demi menghindari borgol polisi. Bule tadi menjelaskan, siapa saja yang merokok di bandara itu (dan tentu saja kalau ketahuan), maka akan dipenjara. Wah-wah, hampir saja!

Lalu tibalah kami di Hotel Regent, Jalan Hang Tuah, Kuala Lumpur, beberapa jam kemudian. Saat Bang Apul telah menyelesaikan administrasi, maka giliran saya. Saya mencoba rileks. Kantor Jakarta sudah reservasi, jadi saya tinggal menyebut nama dan resepsionis memberi kunci.

Tapi apa lacur. Ternyata markas kami hanya reservasi, sementara pembayaran tetap oleh saya, dengan uang bekal yang tadi diberikan. Saya melirik sekeliling. Rata-rata mereka memakai kartu kredit. Sedangkan saya bentuk dan rupa credit card saja tak pernah tahu.

Saya bertanya pada petugas, apakah membayar dengan tunai diijinkan. Ia pun mengangguk. Maka, saya mengeluarkan lembaran-lembaran ringgit yang lusuh hingga recehan terkecil yang bunyinya bergemerincing kala berjatuhan di meja reception. Tak ayal semua yang di sana -- termasuk Bang Apul -- tak bisa menahan tawa. Muka saya mirip udang rebus ...

Di kamar, usai Bang Apul ngakak berat melalui aiphone antarkamar, saya nyengir kuda menyadari betapa udiknya saya ... (Bersambung)

16 komentar:

Anonim mengatakan...

Saya baca entri ini berulang2, dan jujur saya bacanya sambil senyum2 tapi bukan senyum meledek lho.. apalagi setelah baca paragraf yang ini :

"Sabuk pengaman! Aih, yang mana? Gimana caranya mengunci? Saya panik tak keruan saat telah menemukan sabuk pengaman tetapi berkali-kali gagal mengaitkan."

Gak kebayang gimana ekspresinya pada saat itu..kalo itu terjadi pada diri saya, pasti muka saya langsung merah. Nah untungnya mas Arif ini kulitnya gak terlalu putih jadi gak jadi gak terlalu kelihatan... Maaf ya..langsung kabur.. btw.. pengalaman yang lucu tp sipp...

Anonim mengatakan...

kosik mas, masih tentang sabuk pengaman, jadi sampe mendarat-pun tak sempat terpasang ya?

Anonim mengatakan...

hihihihi...
sebenarnya untuk menghindari hal2 'memalukan' seperti itu, harusnya di setiap kantor ada 'pelatihan tugas ke LN', ya mas. khusus untuk orang2 yg sering ditugaskan ke LN, apalagi yg pertama. ya, kayak manasik haji kuwi lah. biar nggak 'mempermalukan' nama bangsa, hahahaha...

mas, mas, di photo itu mas Arief yang mana ta ? :D

Anonim mengatakan...

ga kebayang kalo sampean lupa pasang sabuk pas naek tornado di dufan...

Arief Firhanusa mengatakan...

Tanggapan untuk:

1. EMBUN PAGI
Wahahahaha ... saya langsung melirik kulit saya. Iya ya, emang hitam bukan kepalang wakakakak!!

2. MBAK ERNUT
Inggih Mbak, sampai landing tanpa sabuk pengaman. Malu masalahnya mau tanya ... Hihihihi!

3. MAS GOENOENG
Tahu enggak Mas waktu Pak Pemred Sumohadi Marsis nugasi saya untuk pertama itu? Dia cuma bilang gini: "Rief, Bahasa Jawa Kamu bagus, kan? Nah, minggu depan kamu ke Malaysia."

Belakangan saya baru tahu, yang dimaksud "Bahasa Jawa" itu ternyata Bahasa Inggris. Iya, cuman itu 'training'-nya. Sompret tenan!

Tapi, pulang dari Kuala Lumpur dia dengan sangat sopan-ramah-jujur bilang gini: "Saya sudah puluhan tahun jadi wartawan olahraga tapi belum pernah berfoto dengan Pele (legenda sepakbola asal Brasil). Tapi Arief yang anak kemarin sore telah melakukannya."

Dada saya diam-diam membusung lantaran pujian itu ditebar di rapat besar. Ke Malaysia, saya memang berhasil mewawancarai secara eksklusif Pele, di luar liputan resmi.

O iya, di foto nggak ada saya Mas. Itu koresponden Suara Pembaruan di Kuala Lumpur (kiri), Syahrial namanya kalau nggak salah, dan Bang Apul. Saya yang pemotretnya, hahaha.

4. THE BITCH
Hahahaha, membayangkannya aja udah merinding, Pito!

Ge Siahaya mengatakan...

Saya cuma bisa cekikikan dan teringat insiden lucu disebuah hotel waktu tanpa mikir saya bertanya kepada front officer-nya: how much is your rate for one night? (o_O) Dan si mas ganteng itu tersenyum2 sampai saya sadar dan berkata: I am so soooorrrryyy... what i meant was how much is the room rate for one night. Dan dia tersenyum tenang2 saja, dan berkata, 'It's OK miss, i understand the rate is bla bla bla (sambil ngasih brosur), and as for me, it's free, would you like to have coffee, i'm free around 8!' hihi... true story juga (^^,)

Anonim mengatakan...

Sayang kt kenal sesudah mas jarang lagi ke luar negeri. kalo iya, pasti aku nitip ini itu sebagai tanda sayang ...

Arief Firhanusa mengatakan...

Untuk:

@G
Itu di negara mana, G? Pengalaman konyol juga ya (perasaan dimana-mana kamu punya pengalaman mengesankan, cie!).

@WITH LOVE 'D
Ini siapa ya? Retno atau Wulan? (sambil melirik istri saya) ;)

Anonim mengatakan...

ih pnglaman yg lucu ya mas. saya geli membacanya. blognya mas oke. salam kenal ya.

Anonim mengatakan...

Saya kira sesuatu yang pertama wajar adanya kalau menemukan pengalaman pahit. bung Arief pasti lancar2 saja pada perjalanan berikutnya. Ayo ke Bali dan bermain rafting di sana!

Arief Firhanusa mengatakan...

Kepada
@NINA
Salam kenal juga, Nin.

@BALI BEST RAFTING
Asal tau saja, seumur-umur saya belum pernah ke Bali. Kasihan ya (pssstt .. jangan bilang siapa-siapa ya),, hihi,

Anonim mengatakan...

kubayangkan sampean merem melek waktu liat pramugari-pramugari cantik, huehe. kok ga ada foto pramugarinya bos?

lintang mengatakan...

wah mas pengalaman yang lucu tapi nyata mungkin aku juga seperti itu kalau pergi keluar negeri ,habis gak pernah kemana-mana udik banget.

Arief Firhanusa mengatakan...

@SHG
Weleh, mana sempat memotret pramugari? Belet pipis sih iya, bhwuahakakakak ...

@LINTANG
Iya Mbak, kita sama-sama udik tapi cukup ngetop, hahwhahaha ...

Anonim mengatakan...

wah kapan yah aq ke luar negeri? pst nanti menemukan kejadian lucu-lucu gitu. itu mas arief cuma ber 2 aja sm yg dr suara pembaruan yah? ngga takut ada razia dedak mas?

goresan pena mengatakan...

awalnya...saya mau komentarin tulisannya mas Arief...tapi saya lebih tertarik dengan balesan koment nya mas Arief untuk With Love 'D.... nah loh... retno apa wulan Mas?? hehehheh... ada badak becula dua, becandaaaaaaa......