IFOEL mungkin mewakili sekian banyak orang yang peduli tentang makna persahabatan. Ia memberi saya penghargaan, yang logonya (di samping itu) juga diberikan kepada kawan-kawan bloger lain dalam lingkup semangat sama: mengetatkan tali silaturahmi.
Jujur saya pernah antisimbolis. Bagi saya, perkawanan bisa dijalin hanya lewat saling tegur sapa. Tapi tak mengapa. Toh niatan Ifoel tentu didorong oleh itikad yang baik dan bening.
Saya pernah merasa berdosa tatkala 'menolak' award yang diberikan oleh Helen. Ia, dengan tulus mempersembahkan itu kepada saya, tetapi saya (dengan tegas) menolak karena saya merasa tak membutuhkan.
Lambat laun, saya menyesali sikap saya ini. Pertama, Helen sudah susah payah. Kedua, dengan 'penolakan' itu, ada hambatan komunikasi yang muncul menyusul. Kami jarang lagi saling berkunjung (sebab itu, jika Helen membaca entri ini, saya sangat berharap ia berkenan memaafkan saya).
Terima kasih tak terhingga pada Ifoel, Helen, dan sahabat-kerabat yang mengatasnamakan persahabatan di atas bentuk-bentuk interaksi positif lain.
Jujur saya pernah antisimbolis. Bagi saya, perkawanan bisa dijalin hanya lewat saling tegur sapa. Tapi tak mengapa. Toh niatan Ifoel tentu didorong oleh itikad yang baik dan bening.
Saya pernah merasa berdosa tatkala 'menolak' award yang diberikan oleh Helen. Ia, dengan tulus mempersembahkan itu kepada saya, tetapi saya (dengan tegas) menolak karena saya merasa tak membutuhkan.
Lambat laun, saya menyesali sikap saya ini. Pertama, Helen sudah susah payah. Kedua, dengan 'penolakan' itu, ada hambatan komunikasi yang muncul menyusul. Kami jarang lagi saling berkunjung (sebab itu, jika Helen membaca entri ini, saya sangat berharap ia berkenan memaafkan saya).
Terima kasih tak terhingga pada Ifoel, Helen, dan sahabat-kerabat yang mengatasnamakan persahabatan di atas bentuk-bentuk interaksi positif lain.
10 komentar:
selamat ya temanku yg anti-simbol dan anti-trend, hihi. It's about time pak menerima jabat erat silaturahmi itu.
Selamat datang ke dunia perbloggingan lengkap dengan aksesorisnya (^^,)
Hepi Valentine Firhanusa (^_-)
hehe...sayapun berpikiran serupa...hm, mungkin penolakan yang pernah ada, begitupun diri saya, adalah bentuk ego kita ya mas...?
padahal, kalau sesuatu itu baik, why not?
wahh aku juga pernah begitu Rif...
masalahnya aku nggak tahu cara mengunduhnya.. hehe
aku masih tetap pada pilihan pertama. perkawanan, bisa dengan cara apa saja, tanpa pemberian simbol2 maupun award2 itu. sekedar bilang 'hai', di sotboks, menurutku adalah sebentuk perhatian.
kalo ada award yg lain, dalam bentuk apresiasi terhadap blog[ku], pasti akan tetap ada terima kasih yg tak terhingga, tapi untuk memasangnya dengan segala tetek bengek *?* aturannya, itu yg kendala. dan itu bukan bermaksud untuk bersombong ria lho.
pokok'e, peace lah !
berkawan dgn cara dan model kita adalah yg paling nyaman,...namun menghargai cara dan model orang lain adalah sebentuk niat untuk menjaga keharmonisan (haiya...penataran P4 nongol lagi niy..)
salaman sik yo Mas....
sungguh, saya ingin menjabat tangan sampeyan, bang.
pekan ini, saya pulang. tak perlu pake simbol2an. saya sudah kangen pengen ketemu sampeyan.
*kok aku ndak pernah dapet award2 macam itu ya? bikin sendiri aja lah*
@Kepada G: Tak ada gunung yang tak bisa didaki, G. Sekeras-kerasnya sikap, pada gilirannya lunak juga.
Saya pria yang mudah memberi maaf dan suka meminta maaf (cieee). Saya pernah sangat berdosa pada Helen karena saya menolak award-nya di depan khalayak ramai. Akibatnya, Helen tak pernah lagi menjadi blogger aktif. Tak tahu mengapa bisa begitu, tapi saya merasa itu karena penolakan saya.
Saya sangat feel guilty dibuatnya, meski mungkin orang bisa bilang: "Ah, cuek aja, Rief!"
@Kepada HEZRA: Iya, sis, ini bentuk ego kita, walau mungkin kita bisa menyanggahnya dengan: "Suka-suka gue dong!" :p
Kepada MBAK IKA RAHUTAMI: Jujur itu kendala utama. Saya pernah mengunduh sebuah ikon ke template, tetapi malah blog saya rusak parah (gaptek mode: ON), hahahah ...
@Kepada MAS GOENOENG: Komentar sampean senada dengan Mbak Ika Rahutami. Pada alinea pertama, saya SANGAT SETUJU Mas.
@Kepada MBAK ERNUT: Saya juga setuju komentar Mbak Ernut. Aneka rupa kehidupan di sekitar kita (suku, ras, agama, ideologi, etnik) adalah pembelajaran bagi kita untuk menerima kenakeragaman dan perbedaan.
@Kepada MBAK AYIK: Komentare beda sama yang lain, dan selalu bikin senyum. Ayo Mbak, teruslah membuat orang lain tersenyum dan merasa senang, sebab itu bagian dari ibadah.
@Kepada BLUE: Oalah, ente ke Semarang, diriku malah enggak di tanah kelahiran. Smape kapan ente di Kota Lumpia brur? Sumpah aku kangen!
heheh. udah di review.. teng kyu...
Sama-sama Mas Ifoel. God bless ya!
Posting Komentar