Search

13 Nov 2008

RUMAH ANGSA


ANGSA itu berkecipak sangat dekat dan mendadak.

“Hai, mengapa kau tampak gelisah? Ayo berenang di danau ini seperti ketika aku Berkaca dengan Bintang,” ujarnya di tengah capuccino, coca cola dingin, dan cokelat panas.

Aku membungkuk, meneliti mata angsa yang bergerak ringan. Mata yang beralis lurus memanjang membentuk sebuah bujur dengan keanekaragaman kekuatan ketika ia mempertahankan bulu-bulunya agar senantiasa putih.

Bintik-bintik kecil air bergulir perlahan melalui bulu lehernya, ketika ia meninggalkan telaga untuk bergabung dengan ujung-ujung kakiku. Ia tahu aku tidak mudah mencebur untuk berenang bersamanya mengarungi air.

Bergegas ia mematuk lembut betisku, membuat gerakan-gerakan memutar yang menciptakan rasa nyaman. Aku jongkok untuk meraih pangkal lehernya dan mengelus. Mengabarkan padanya bahwa telah ia ciptakan surga kecil.

“Kau tak perlu bertanya seperti apa kegelisahan ini, sebab aku telah mengatakannya lewat mata. Kau angsaku atau bukan, tetapi telah kau siangi siang ini dengan banyak hal yang membuatku gusar karena cukup terlambat mengenalmu. Ah, andai saja kita dipertemukan jauh ketika kita sama-sama belum melangkah, sama-sama remaja,” ujarku lirih di sisinya.

Angsa itu tersenyum. Sulit menerjemahkan makna senyumnya. Yang membias adalah sebentuk magma. Esok aku akan menciptakan kristal-kristal kehidupan dari magma yang ia berikan.

(Terima kasih tak terhingga untuk “A” dan Anuga atas siang yang hebat)

11 komentar:

Enno mengatakan...

tssah! merayu sapa lagee? hihihi :D

Riema Ziezie mengatakan...

ehem ehem ... ini lagi jatuh cinta kan (n_n) ... bukan patah hati...maklum suka susah memahami syair kata hati...selamat ya mas

Miss G mengatakan...

Hihihihiiii...tebakan saya niy, pasti ada yang habis makan2 niy (^^,)

This is a great posting, baca gini baru merasakan seperti ada kilatan cahaya putih di angkasa yang selalu muram (^_-)

Anonim mengatakan...

kalau saja angsa itu terlena.. maka air danau itu akan menenggelamkannya.
Beranjaklah kedalam kemantapan masa.. bergerak maju adalah kedepan.
moga tetap semangat mempertahankan yang telah ada...

Anonim mengatakan...

siapakah angsa itu?

berkaca dengan bintang...hmmm...kau bisa aja merangkai kata:D

Arief Firhanusa mengatakan...

"Berkaca dengan Bintang" sesungguhnyalah judul sebuah buku yang ditulis oleh si Angsa.

Anonim mengatakan...

Kang arief susah dibedakan mana nyata mana imajinasi. Yg ini imajinatif kan?

Anonim mengatakan...

Haiyaaaa .. ajarin nulis dong mas

Anonim mengatakan...

alo engga salah judul "Rumah Angsa" itu pernah sampean pake di cerpen yang dimuat NOVA atau Kartini ya?

Aku liat ada judul "Setelah Ciuman Terakhir" di postingan blog ini. Itu kan juga judul cerpen sampean yang pernah dimuat koran? Ih, ga kreatif deh ah, hihihihi

Arief Firhanusa mengatakan...

Benar adanya Sat.

goresan pena mengatakan...

owww... apa ini ada hubungannya dengan posting selanjutnya?