Search

1 Apr 2007

BELAJAR DARI KEKALAHAN


... saat duduk di mimbar sarasehan kelompok Suporter SPINK bersama pelatih Persipur Purwodadi Edy Paryono, Februari lalu, benak saya bertanya: "Buat apa sih susah payah jadi suporter? Toh yang digaji besar adalah pemain dan pelatih."

Tetapi bergegas pikiran tadi saya lumat. Suporter adalah pengejawantahan eufiroa yang sesungguhnya, seperti ketika kita bersorak lantaran tetangga memenangi sebuah undian sepeda motor.

Suporter adalah katarsis 'orgasme' atau 'ejakulasi dini' yang diberangkatkan oleh primordialisme dan fanatisme. Kemenangan tim pujaan membuat mereka tidur pulas, sementara jika kalah tak habis-habisnya mereka menggerutu di pos ronda.

Barangkali angka kepuasan yang mereka peroleh melebihi nilai nominal kontrak yang diterima oleh pemain maupun pelatih. Itu mengapa ada sebagian yang melampiaskan kekesalan lewat tawuran. Itu mengapa sebagian dari mereka mengamuk karena terlambat memahami arti sportivitas dan fairplay.

Di mimbar yang sama, saya berulang mengatakan, "Who am I, are something that looked from the mirror!", wajah kita adalah bopeng atau mulus saat terlihat dari cermin. Jangan merusak karena fanatisme, kawan! ...

1 komentar:

Anonim mengatakan...

hhmmmm .... biasa...
tebar pesona...
kekekeke