gumam saya. Bukan gumam sebenarnya, karena kuping istri saya pun mendengar.
“Ho-oh, cantik banget. Niru siapa, ya? Ibunya tak secantik itu,” timpalnya tanpa curiga. Kami biasa blak-blakan menilai seseorang dan tak ada api cemburu. Kadang ia juga termehek-mehek pada Afgan atau Ariel Peterpan.
Itu beberapa hari menjelang perkara pengeroyokan Agung Setiawan yang, konon, melibatkan Marcella. Tabloid tadi memaparkan sinetron Lastri yang syutingnya di Solo diperkarakan lantaran disinyalir mengoarkan komunisme. Di Lastri yang disutradarai Eros Djarot ini, Marcella bintang utama sekaligus produsernya.
Kecantikan yang urung saya balut dalam hati paling dalam, sebab pagi-pagi saya membaca berita Marcella kesandung masalah. Di televisi ia digelandang polisi menuju ruang periksa, dan esoknya digiring lagi untuk menjalani cek kesehatan bersama Ananda Mikola, pembalap yang turut terseret dalam kasus penggebukan terhadap Agung tersebut. Kabarnya Marcella stress berat.
Bukan sekali ini saja wajah ayu menjebak saya. Dulu saya suka Alda Risma. Suaranya mengalun enak. Video klip lagunya Aku Tak Biasa pun membuat para pria sulit bernapas dengan teratur. Maklum, Alda di-‘pinjami’ oleh Tuhan bodi yang bukan main syurnya.
Tak tahunya, ia tewas mengenaskan di sebuah hotel, entah karena masalah apa. Kematian yang kurang terkuak hingga seksama, tapi saya meyakini bahwa Alda tewas karena ia cantik. Kecantikan yang mengalirkan aroma dendam dan cemburu buta, juga, konon, narkoba.
Lidya Pertiwi menempati daftar ini. Ia belia dan punya senyum yang ranum. Saat memerani sinetron Untung Ada Jini dan Ande Ande Loemoet, Lidya adalah bocah yang bukan siapa-siapa tapi beranjak memukau andai disiram dengan benar. Tapi, apa lacur, ia harus mendekam di penjara lantaran kasus kematian seseorang.
Bersama ibunya, Vince Yusuf, dan pamannya, Tony Jusuf, Lidya melakukan pembunuhan berencana atas model Naek Gonggom Hutagalung yang ditemukan tewas di Putri Duyung Cottage, Ancol, Jakarta Utara, 28 April 2006. Pembunuhan ini bermotif perampokan dengan melibatkan Lidya sebagai umpan.
Kini saya masih mengagumi Dian Sastro dan mulai suka Aura Kasih. Aura telah gugur dari benak saya karena konon ia disukai oleh Pasya Ungu, yang berarti mulai menebar ‘kecemburuan’ saya.
Kecantikan bisa membunuh, dan ... dibunuh!
8 komentar:
Untung saya menyukai kegantengan yg tidak mematikan, hihihiii.... (^^,)
oh gt to... bunuh saja semuanya pak.
dari pada meracuni pikiran yang hanya tersisa sedikit ini... racun dunia..
kegantengan yg membunuh ada gak, rief? kalo ada aku pesen satu ya...:P
hehe, saya curiga deh jangan2 mas arif jadi korban infotainment lagi...hehe...gak ding...becanda...
jadi, mustinya lagu d'masive diganti aja yah...dari cinta ini membunuhku, menjadi...kecantikan ini...membunuhku...
hahahaha...garing deh...
ahahahah ... saya mulai curiga dengan selera sampean kang. dulu katanya suka paramitha rusady, sekarang ganti alda risma dan dian sastro. Jan-jane sampean ini mewakili pria atau fans-fans buta semata? **langsung kabur takut ditimpuk asbak**
Aku protes! Foto Alda Risma jangan itu dong! Ih, dah wafat kok masih dimuat! Sebel deh ma mas arief! hiks hiks
uucchhhh!!! kok mendadak jadi sesak nafas ya???
dari dulu saya suka sophia latjuba dan luna maya....apapun yang dibuatnya, hehehe....
dan istri saya nggak pernah cemburu, karena tahu, mereka nggak mungkin mau sama saya :D
Posting Komentar