Search

26 Des 2008

KERLIP BUNGA TULIP

Romantika ini selalu menyerbu tiap Desember tiba. Dibawa tetes gerimis, kenangan bersama Tya hadir lagi, inci demi inci, melalui celah jendela.

***

BERGEGAS saya naiki kereta di Stasiun Holland Spoor Den Haag. Kereta ini menuju Hilversum, tempat Tya bekerja di Radio Nederland Wereldomroep. Ia anak Salatiga yang sekian tahun bekerja di seksi siaran Bahasa Indonesia. 

Perkenalan yang tak sengaja. Mendadak ia privat saya. Chatting sebelum yahoo messenger membudaya seperti masa kini dulu dikuasai program MIRC. Ada ribuan channel. Saya pilih channel “Indonesia”. Siapapun bisa mengajak privat (berbicara berdua saja di ‘kamar’ yang aman) dari ratusan nickname dalam sidebar IRC, dengan meng-klik dua kali siapa yang hendak kita ajak ‘mojok’.

“Mas ini tinggal di Semarang?” Ujarnya tiba-tiba.

“Iya. Tapi kantor saya di Jakarta,” jawab saya setengah senang karena diajak ngobrol perempuan.

Lalu pembicaraan meluncur deras, dari hari ke hari. Ia mengaku kangen Salatiga, terutama ketepak-ketepok kuda yang menarik delman. Ia ingin pulang, tapi kantornya belum mengijinkan. Ia ingin melihat fotonya yang dipasang di Studio Duta, Jalan Thamrin Semarang, dengan pakaian adat Bali. “Foto itu masih ada, Tya, saya melihatnya waktu pulang minggu lalu,” kata saya pada kesekian belas kali kami berbincang.

Ia sangat cantik di foto itu. Dipasang di bagian atas Studio Duta dengan ukuran besar (sehingga siapapun yang melintas bakal melihatnya), Tya mengayunkan jari jemarinya, seperti penari Bali. Lima menit saya mengamatinya dengan debar aneh. Debar yang saya bawa esok harinya saat kami kembali bertemu di maya. “Kamu cantik, Tya. Sungguh.” Ia diam beberapa saat, lalu menuliskan ini : “Saya gadis biasa kata teman-teman. Tapi mata Mas barangkali lebih jeli …”

***

Kereta cepat menuju Hilversum makin garang menjejak rel. Den Haag-Hilversum bakal saya tempuh 1,5 jam, tetapi rasanya terlalu lama. Lama sekali.

Saya bersyukur mendapat tugas ke Belanda dari kantor saya. Bahkan sujud syukur karena sebelumnya saya pesimis bertemu Tya dalam waktu dekat, kecuali dua tahun lagi saat ia diijinkan pulang ke kampung halaman.

“Benar, Mas?” Ucapnya terkejut.

“Iya, Tya, meliput Tesselaar Tulip Festival sekalian mengintip perkembangan beberapa klub sepakbola besar di Belanda.”

“Asyik! Puji Tuhan!”

“Mau dibawain apa?” 

“Apa saja, Mas, pasti nanti saya terima dengan senang hati.”

Saya bawa beberapa bahan batik, sejumlah novel, dan vas bunga. Beberapa hari silam ia mengeluh vasnya pecah. “Padahal (vas) itu saya bawa dengan susah payah dari Yogya. Elroy (itu nama kucingnya) kadang bandel, naik-naik meja,” kata Tya.

***

Perjalanan dari Den Haag ke Hilversum melewati kota Leiden dan Amsterdam. Flat-flat penduduk dan gedung perkantoran berkelebat. Setelah Leiden lewat, tampak padang rumput. Ratusan sapi dan biri biri berkeliaran di sana. 

Satu setengah jam sudah. Kereta mulai mengurangi kecepatan. Stasiun Hilversum tampak riuh. Saya sibuk menahan gemuruh dada, seolah akan saya jejakkan kaki di pintu surga. Sesosok bidadari menunggu dengan tempayan penuh anggur dan leci di sana.

Pintu kereta terbuka. Hembusan angin winter menusuk-nusuk kulit. Stasiun Hilversum yang kecil seakan tidak peduli dengan temperatur yang mulai mendekati titik nol derajat celcius.

Saya katupkan kerah jaket. Tapi angin tetap menyelinap. Gigi saya bergemerutuk menahan gigil. Baru semenit saya menengok kanan-kiri, mendadak sayup-sayup suara memanggil dari sebuah pilar stasiun, dua meter di depan saya. “Mas Arief … !“

Saya menoleh ke sumber suara dan sontak mengerjap-ngerjapkan mata. Di depan sana berdiri gadis semampai dengan syal melambai-lambai. Ia mengirim pijar mata melalui senyumnya yang indah, melebihi kerlip bunga tulip … 


**
Masihkah kau simpan serat hatiku di ujung dadamu, Tya? Dimana kau kini berada?

17 komentar:

Anonim mengatakan...

wahakakak .. kopdar ni ye :p

Yaelah, brat di ongkos kang kopdarnya. Balik ke indo pasti langsung bangkrut,, hihihihi **langsung ngibrit**

Anonim mengatakan...

Pasti kopdarnya bukan ini aja! ya kan ya kan ... xixixixi

Ge Siahaya mengatakan...

Banyak sekali wanita-wanita yg melintas dalam hidup mas Arief ini. (^^,)

goresan pena mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
goresan pena mengatakan...

saya bayangkan posting ini dibaca oleh istri mas dan dia langsung pasang tampang manyun gitu...tapi, pasti dia sudah ga heran dengan kelakuan suaminya...hahahahkakakakhhhh.... cicak-cicak di dinding.... juz kidding...:P

Anonim mengatakan...

pertemuan indah ini terjadi sebelum menikah kan, rief? awas ntar ditimpuk stiletto istrimu lo...hi3x

Anonim mengatakan...

oya, rief, napa gak skalian kirim cerpen2mu yg manis romantis itu ke Ranesi (radio nederland siaran indonesia) Hilversuum lewat tya...?

Anonim mengatakan...

jadi ingat seorang kawan yang kini di belanda bang.

Anonim mengatakan...

pulangnya jangan lupa ngucap... doeiiiii...danke..danke...

Arief Firhanusa mengatakan...

Untuk semuanya:

Jangan pernah berpraduga yang macam-macam. Bertemu perempuan di kota lain, di daerah lain, di negara lain, bukan selalu berujung kepada asmara, biarpun perempuan yang kita sambangi memenuhi dada kita dengan asmara.

Nah, mengapa kisah ini sengaja saya gantung, sebab saya dan Tya berteman biasa, meski saya beruntung boleh menginap di rumahnya selama dua malam (bayangkan, serumah berdua, lelaki-perempuan, tapi tak terjadi apa-apa kecuali jalan-jalan di trotoar, menikmati sore yang dingin di sebuah taman, dan selebihnya menonton televisi kemudian tidur. Tidur beneran, tanpa tanda kutip). Kalaupun saya jatuh cinta, itu mungkin karena saya ge-er,, hehehe ...

Hesra (goresan pena) benar. Istri saya saban hari membaca blog saya, juga blog kawan-kawan dan bapak-ibu. Dia telah terbiasa dengan aroma seperti ini, dan tak menaruh sakwasangka karena bagi dia itu hanya masa silam. Ada sejumlah posting saya yang dia komentari, namun memakai "anonim".

Selebihnya, apa yang saya kerjakan selalu disertai Bismillah, alias untuk bisa dinikmati siapapun. Beramal tak perlu membagi sembako pada saat hari besar macam Lebaran atau Natal yang membuat ibu-ibu tua jatuh pingsan, bukan?

Hahahaha ....

Anonim mengatakan...

cewek mana lagi neeh yg belum dipacari?

Arief Firhanusa mengatakan...

Nah, yg di atas itu kemungkinan besar istri saya, hahahaha ...

Anonim mengatakan...

hwakakakakkk.. *numpang ketawa bang*

Amalia Hazen mengatakan...

titip salam buat tya ya..
kalo balik kenalin donk..

Anonim mengatakan...

liat foto kembang tulip jadi kangen spring nih ... di kebon selalu banyak tulip warna-warni

Anonim mengatakan...

kadang2 wajah bisa menipu ya mas, dan ternyata kadang2 itu hinggap di tempat sampeyan, hahahaha.....

kalo ketahuan bu arief, pasti ngelesnya...nganu, lha wong iki cerpen kok.... :D

Anonim mengatakan...

sweety nostalgia