Search

25 Mei 2009

"TOPENG MONYET" KUBURAN


KUBURAN akhirnya cuma parodi biasa. Padahal begitu mendengar, saya membayangkan grup Bandung ini seperti Marlyn Manson atau Cradle of The Filth yang mencoreng muka seperti mayat, atau semisterius Gorillaz.

Enam pria itu melenggang cengengesan menuju kursi setelah disebut Tukul dalam "Bukan Empat Mata", beberapa malam silam. Keenamnya bertingkah konyol dengan paras jenazah. Esoknya, masih di keluarga Trans, mereka tampil di "Ceriwis Yo Wis", masih dengan polah kanak-kanak!

Selang beberapa hari, band bikinan 2001 ini nongol siang bolong di panggung terbuka SCTV, dengan lirik-lirik: Lupa, lupa lupa lupa, lupa lagi syairnya. Lupa, lupa lupa lupa, lupa lagi syairnya. Ingat, ingat ingat ingat, cuma ingat kuncinya. Ingat, aku ingat ingat, cuma ingat kuncinya dari lagu andalan Lupa-lupa Ingat.

Kuburan sebenarnya memiliki celah sangat mewah. Di sela band-band mehek dengan rambut seragam: "menutupi sebelah mata" yang lahir normal maupun prematur, ia menghapus dahaga, dan hanya bersaing dengan keunikan Changcuters yang lebih dulu merampas perhatian.

Grup ini berpotensi menawarkan sesuatu yang unik, memancing penasaran, dan wibawa, jika menyuguhkan lagu-lagu kental plus lirik kelam tanpa melupakan aroma syahdu dan easy listening (mengingat kuping penikmat musik negeri ini rata-rata mencandui sonata indah dan gampang diingat). Mereka mesti jaim dengan menyeleksi undangan-undangan talkshow dan pentas siang hari, mengingat "kuburan" identik lolong serigala, jangkrik tercekik, dan desis malam yang menyeramkan.

Celakanya, Kuburan gagal mengelola aset kemisteriusan yang bisa dijual tanpa obral lantaran malah muncul dengan performa 'topeng monyet'. Susah payah mereka mengecat wajah sepucat mentega, memblok mata sehitam arang, memakai sepatu boot tinggi plus stocking hitamnya, dan berbusana ala victorian kalau hanya untuk membanyol, mengekor P-Project, sesama Bandung yang sudah sukses.

Dandanan gothic anak-anak muda itu tak menghasilkan efek memerindingkan bulu kuduk, tetapi hanya seperti badut biasa yang biasa disewa di acara ulangtahun. Sayang seribu sayang!

Pertanyaannya, seberapa lama mereka bakal bertahan?

7 komentar:

The Bitch mengatakan...

KUBURAN itu setauku emang nggak niat bikin kesan mistis. mereka 'mocking', mencemooh semua-mua yg larut sama bau mayat, dandanan helloween, dan semacemnya. ide mereka dari awal emang gitu, seneng2 dengan mek ap yg harusnya sangar. mereka dulunya cuma mahasiswa iseng, doyan hura2 & kumpul2 yg sering manggung kampus ke kampus. macem TM di Malang yg diplesetin jadi Tani Maju padahal aslinya Topi Miring. itu merek minuman yg sering jadi jatah bayaran mereka manggung karena mereka aslinya doyan mabuk.

sori, mas. nek sampean arep posting bab musik, riset e sing bener sik. orak mung mergo nonton thok neng tipi sediluk.

Arief Firhanusa mengatakan...

Tak perlu riset untuk menilai penampilan seseorang.

ernut mengatakan...

nilai suatu musik memang relatif, mas...aku sendiri kaluk Kuburan justru nyanyi yg sangar-sangar, aku nggak bakalan suka lagunya...hehe...kita berbeda ya?

Mira Marsellia Crenata mengatakan...

udah lama saya suka tulisan2 Mas Arief yg adem kayak aer kulkas. apalagi waktu pagi ini KUBURAN Anda tulis. itu salah satu ben favorit saya yg asli bandung ini lho. tapi jujur aja, saya kaget. Anda nulis di bawah kategori musik. jadi seharusnya musik mereka yg Anda kritisi, bukan tampilannya. kecuali anda emang suka ngamati dan menilai fesyen kek Bunda Ivan Gunawan. kalo Anda mo buka mata sedikit lebih lebar, liat KOIL, liat HOMICIDE, liat PUPPEN atau PURE SATURDAY. mereka ben2 bdg yg tampilannya juga semrawut, bahkan mungkin jarang mandi. mereka besar karena fans dan bukan media massa. kalo mereka ahirnya masuk tipi, itu karena permintaan fans. mereka sendiri ga peduli, asal mereka bisa cukup menghibur fans bayaran nggak kurang, dan semua senang. saya kecewa karena Anda harusnya cari info lebih banyak ttg gimana ben2 bdg itu, sebelum berani2nya posting dan nyela penampilan mereka. bagi kami urang bandung neeh, mereka nggak cuma jual suara tapi juga entertainer sejati. mungkin ini masalah kultur antara bandung dan semarang yg beda, seperti lumpia emang beda sama oncom, tapi nggak berarti mereka layak cela begitu aja. dan ya, Anda harus melakukan riset lebih banyak untuk urusan musik, karena pemusik nggak cuma apa yg berhasil ditangkap telinga tapi ini masalah rasa..kitu atuh Kang, mangga ah dilajeng deui.

goenoeng mengatakan...

pas melihat mereka pertama kali, di televisi rumah sakit panti wilasa saat nungguin kakak yang baru 'semedi', aku langsung membayangkan akan mendengar dan melihat penampilan seperti KISS. soalnya dandanan mereka mengingatkanku pada itu. nah, begitu mereka mulai memainkan musiknya, aku ngakak abis. 180 derajat dari yang kubayangkan. tapi... it's oke lah, aku menikmati lagunya, tingkah konyol mereka, keberanian mereka untuk seperti itu. mana ada grup band di indonesia yang wajah asli mereka dicoreng moreng nggak mau dikenali lensa kamera ?
dan yang pasti, aku bisa bernafas agak lega, mas. anak2ku bisa menyanyikan lagu mereka tanpa aku merasa aneh, karena syairnya yang main2 itu sesuai dengan masa mereka.
akhirul kata :D , komenku udah kepanjangan kayaknya.

blue mengatakan...

band ini menawarkan sesuatu yang beda. Skill bermusik mereka sungguh jempolan. mereka menawarkan berbagai aliran musik dalam satu album dengan kualitas bermusik "tak main-main".

Tak kacangan seperti album2 yang biasa saya dengarkan di gerai kolonel sanders itu.

Dengan lirik yang konyol, memang nyaris tak ada kesan misterius dan "medeni".

Tapi benar juga bang, tak ada salahnya jika perform diatas panggung pun tak hanya sekedar melucu tapi juga beneran "maen musik".

karena beberapa kali saya perhatikan, baik live maupun tak langsung penampilan di panggung sering kali lipsync. padahal mereka jago maen musik lho. Sayang memang.

Arief Firhanusa mengatakan...

Untuk semua, masing-masing:
@The Bitch (Pie):
Namanya juga "bergumam", so ini gumamam tentang "rasa sayang". Kalau enggak sayang, malas saja menulisnya. "Sayang" karena sesungguhnya saya sayang band-band unik. "Sayang" yang kedua, saya memilih untuk "mengapa enggak begini saja ketimbang begitu", sehingga tampaklah bahwa kritik sesungguhnya bukan menghujat, meski keduanya 'bertetangga'.

@Mbak Ernut
Jenengan punya pandangan yang berbeda. Perbedaan membuat Indonesia kuat, hehe ...

@Mira Marsellia Crenata
Yupi, kamu udah menambah wawasan kita semua tentang gothic dan unik di blantika musik. Thanks atas atensinya yang menurut saya super lezat serta menambah wawasan saya untuk "gumam" yang lain.

Kayak aer kulkas? Wahahaha, kamu mengada-ada ...

@Mas Goen
Untuk sekian kali saya sependapat dengan Jenengan. Bedanya, anak saya justru terkaget-kaget liat make up anak-anak Kuburan, sehingga mereka lupa untuk menghapalkan liriknya, hahaha ...

@Blue
Aih-aih, ente lebih detail dan teliti ketimbang saya bro. Lipsing ya? Baru tahu saya ...