Search

4 Feb 2008

SINETRON


Tabung televisi sungguh dahsyat untuk pelipur lara. Seorang pengangguran (yang 5 tahun tak kunjung mendapat pekerjaan sejak ia lulus D3 akuntansi) mengaku begini kepada saya suatu ketika: untuk mengobati kecemasan, ia betah duduk seharian di depan TV, sampai hapal judul sinetron plus bintangnya.

Beberapa tetangga tampak sering berkerumun hampir setiap sore, berdebat soal episode terakhir sebuah sinetron. Sesekali di antara mereka ngotot mempertahankan pendapatnya perihal kelanjutan sinetron tersebut, dengan mimik muka meyakinkan, seolah dialah penulis skenarionya. "Kasih itu bakal senang di akhir cerita. Dia emang nelangsa, dipermainkan nasib, disia-siakan. Tapi kalian masak ngga percaya ia akan bahagia?" Ujarnya berapi-api, tentang sinetron "Kasih" di RCTI yang dibintangi Nabila Syakieb itu.

Bahwa sinetron menyalahi logika, kisahnya diulur-ulur, pamer glamour, karakter pemainnya nggak jelas, kisahnya melulu selingkuh, rebutan warisan, cinta monyet anak-anak SMP, itu sudah klise. Saking klisenya kritik, sampai-sampai para sineas tak lagi punya pembelaan (atau bahkan malah mereka merasa tak perlu lagi membela karena nyata-nyata sinetronnya digemari).

Perkara yang patut dicermati adalah sikap meniru para pecandunya terhadap sifat-sifat tokoh dalam sinetron. Sikap meniru (imitation stage) sesungguhnya adalah salah satu tahap dari tiga tahapan anak-anak menuju ke remaja. Seingat saya, imitation stage adalah tahap dimana manusia masih benar-benar meniru–terkadang sama persis–orang yang berada di sekitarnya. Bisa ayah, ibu, kakak, kakek, bisa juga teman atau siapa pun. Saat menjalani tahap ini manusia berada pada usia, kurang lebih, balita. Tahapan lain ialah play stage (SD) dan game stage
(SD-SMP).

Nah, jangan heran sekarang ini perempuan (makin) berani dengan suami, ABG bergaya borju, anak-anak tak segan menempeleng teman, bahkan bapaknya, dan banyak lagi pergeseran nilai-nilai.

Sinetron memang tidak sendiri. Banyak tayangan lain televisi yang rese, yang mengerutkan dahi nenek saya lantaran para muda berani kurang ajar pada yang tua. Namun, sinetron menempati ranking pertama perubahan gila ini, sebab ia menjadi kekuatan televisi negeri ini untuk mendongkrak iklan. "Kami memang mendudukkan sinetron sebagai tayangan unggulan," kata seorang staf marketing SCTV, beberapa waktu lalu, di Semarang. Olala!



 


 

Tidak ada komentar: