Cuma 8 menitan saya berdiri di mimbar Masjid Al-Ikhlas – masjid yang berjarak tak lebih 20 meter dari rumah --, dan ini bukan yang pertama sebab masjid itu menugasi sebagian besar anggota takmir untuk memberi kultum, termasuk saya. Sudah tiga Ramadhan ini saya diberi jatah.
Tetapi kultum kali ini membuat saya puas. Bukan hanya karena jamaah tampak takzim mendengar, melainkan saya lebih lepas mencabuti ‘selilit’.
Kepuasan yang melebihi pemuatan cerpen di media massa, saat menjadi pemakalah di workshop jurnalistik maupun seminar suporter, atau saat menjadi komentartor siaran langsung sepakbola di RRI atau televisi.
Di sela shalat tarawih Jumat malam lalu itu saya mencubit banyak pihak, mulai polisi yang gemar mencari-cari kesalahan (tak peduli sejumlah tetangga saya adalah polri), anggota DPR yang mudah disuap, ABG yang suka memakai kaus kelihatan pantat dan pusarnya, sampai remaja yang lebih unggul menulis SMS ketimbang membaca Al Quran.
Tak lupa, seperti di banyak kesempatan serupa, saya juga ‘menghajar’ sinetron yang memberi andil cukup besar bagi perubahan perilaku ibu-ibu dan remaja. Film televisi ini membuat anak-anak kurang ajar pada orang tua dan tak canggung berpacaran di depan umum, serta mendorong ibu rumah tangga berani pada suaminya.
Saat turun dari mimbar dan kemudian dikerumuni anak-anak SD yang meminta tanda tangan resume kultum tugas dari sekolah mereka, saya mendadak merasa membuat “hidup saya menjadi lebih hidup”.
2 komentar:
mau komentar sih, tapi ntar takut tersinggung, gak jadi deh ahahaha.... :))
btw ternyata dikau mang dah tuwir yah! tuh kliatan dari potonya *kabur*
smg kebaikan yg disampaikan bernilai kebaikan utk semua
Posting Komentar