Fenomena ini berkaitan dengan rokok. Setiap maghrib tiba, biasanya saya bergegas mengambil segelas air hangat untuk membatalkan puasa. Setelah shalat maghrib, saya menyulut rokok sambil menikmati kolak. Sehabis itu baru makan besar.
Saat merokok inilah keanehan itu terjadi. Hisapan demi hisapan saya lakukan. Saya menikmati ‘ritual’ merokok sebagai satu kenikmatan yang indah, biarpun MUI pernah berniat mengeluarkan fatwa “merokok haram”.
Pada awalnya saya tak menyadari ini terjadi. Tetapi lama-lama saya merasa ‘dimusuhi’ oleh asap yang mengepul, baik dari hembusan mulut maupun yang mengalir dari ujung sigaret.
Asap-asap itu bukannya menjauhi wajah dan tubuh, melainkan mengeroyok saya. Mereka bergerak berarak dan bergegas, seperti kabut tebal yang mengancam dengan pedang. Bergumpal-gumpal mereka mengerumuni tubuh saya, menciptakan pedas di mata, bahkan saya terbatuk-batuk olehnya.
Saya mengira anginlah yang mendorong asap itu menuju saya. Namun, berulang saya berganti posisi, tetap saja mereka menyerbu. Berulang pula saya mencoba berganti merk dari Class Mild ke Sampoerna, Djarum, Gudang Garam, bahkan Dji Sam Soe dan U-Mild, tapi situasi ini tak juga berubah. Mereka tetap mengepul di sekujur tubuh saya dengan volume yang berlipat-lipat, tak peduli saya merokok di kakus, ruang tamu, beranda, hingga ruang terbuka.
Rokok mendadak menanam bibit trauma. Di tengah ketakutan itu, pernah saya berpikir, barangkali kalau saya merokok sebelum imsak tak akan mengalami siksaan ini. Tapi tetap sama, asap-asap itu seolah ribuan banteng yang berlarian kencang dengan tanduk-tanduk yang terkokang.
Tuhan mungkin sedang memberi pesan ini: berhentilah merokok, Rif!
8 komentar:
iya, drpd masuk neraka
*tiba-tiba jd pegawai MUI*
ojo brenti mrokok mas, tar karyawan pabrik rokok pd kena PHK loh, huehehe
halah, rokok jg sering menta sm tetangga gt koq, hihihihi
SENGTUJU! mas arif ngrokoknya kaya sepur! hihihihiihih
Halah padune ga punya duit bwat beli rokok, hwhahahakak
terusin aja bunuh diri pelan2nya rif! hihi ^^
Aku punya 2 "keputusan politik" tentang rokok:
1. Berhenti merokok (coba2 saat SD mulai aktif sejak SMP) agar anak-anak kami tak teracuni oleh perbuatanku.
2. Tak menjual rokok di kios kecil kami sekarang ini (meski banyak orang kecewa karena "warung kok gak jual rokok, huh!") agar anak-anak kami belajar tentang konsistensi (sekaligus tak suka meracuni orang lain, apalagi diri sendiri).
Tuhan memang selalu memberi pesan kepada kita, kadang lewat sesuatu yang sulit kita mengerti...
Posting Komentar