HARI Minggu kemarin saya ingin tiduran di pangkuanMu seraya mengadu. Tak tahan hati saya menyimak mata-mata polos itu. Mata-mata yang dicampakkan. Mata-mata yang disembelih sendiri oleh orangtuanya tanpa iba.
Sepanjang hari saya amat merindukanMu, Tuhan. Bakti sosial ultah Tabloid PULSA ini menjadi pengembaraan spiritual yang luar biasa, dari ujung barat hingga timur Kota Semarang. Dari wanita papa dan janda-janda tua, hingga anak-anak yang tersuruk. Lalu, tibalah pada tengah hari rombongan kami di Panti Asuhan Wiratama Putra.
Di gerbang panti asuhan dengan jejalanan yang terjal ini mata kami bersirobok dengan seringai sejumlah anak tanpa alas kaki. Beberapa dari mereka kausnya seragam. Tangan saya bergetar tatkala mereka melambaikan tangan. Mata saya sembab, sampai-sampai mencari ruang untuk memarkir mobil saja saya nyaris menyuruk gardu.
Tubuh-tubuh mungil ini mengerumuni kami. Saya mengelus mereka satu persatu tanpa bisa menyembunyikan isak. Beberapa teman juga tampak menggigil. Saya amat-amati mata mereka sekian lama, lalu saya temukan kegembiraan yang mulai bersemi setelah dicangkok oleh Bapak dan Ibu Untung, pengelola panti asuhan ini. Tetapi sampai kapan cangkokan mampu menahan gerus nasib yang warnanya buram?
Sekitar 80 anak dengan sejarah yang beragam menghuni panti asuhan itu. Perih rasanya dada tatkala diceritakan satu persatu awalnya mengapa mereka dengan sangat terpaksa dibesarkan di
“Yang ini dititipkan polisi karena dibuang begitu saja oleh orangtuanya. Nah, yang itu ditinggal mati oleh ibunya yang pengemis di sebuah sudut
Saya tak sanggup mendengar lagi. Ingin rasanya mengasah belati, menghambur ke iblis yang membuang bayinya di selokan atau toilet umum. Ingin rasanya menembaki mereka satu persatu, mencincangnya menjadi ratusan bagian, lalu menceburkannya di sungai paling keruh yang pernah ada!
Minggu kemarin saya merindukanmu, Tuhan. Saya ingin bertukar pikiran. Saya ingin Anda memberi penjelasan kepada saya tentang arti keadilan. Saya ingin mengajakmu berdebat perihal ketersia-siaan. Saya ingin Anda menjenguk anak-anak ini lalu memberi mereka pedang.
Saya ingin menggiring mereka ke pangkuanmu, tanpa karma dan dosa …
3 komentar:
Kadang kala dengan berjalan dan melihat kebawah, kita dipaksa untuk sadar, bahwa masih banyak hal yang harus kita lakukan selain terus naik ke atas. Jangan lupa uluran tangan ke bawah setelah kita naik keatas, kadang kala membantu seseorang dibawah untuk naik keatas juga merupakan salah satu pengalaman hidup.
Indah sekali hari Minggu-mu, Mas.
Tibatiba saya merindukan lagi ke panti asuhan itu..
tiba-tiba mataku sembab
jangan-jangan sembab karena ngantuk neeehh .. hehe ..
Posting Komentar