Search

16 Jun 2008

Sundown at Midnight


APA yang bisa kueja dari secangkir teh yang telah musnah kepul asapnya? Apa yang bisa kudaki dari berbatang-batang puntung rokok yang meringkuk dalam kubangan asbak?

Malam merangkak, mendaki, dan terengah. Malam terantuk bebatuan dan lelah. Malam tak ada butiran bintang, tak ada pula mimpi-mimpi. Hampa dan nestapa.


Seekor kupu-kupukah dirimu? Atau belalang dengan rentang kaki mirip penari? Bukan. Kau bukan pintu yang berderak jika seseorang menyentak dengan sepenuh kekuatan. Kau bukan lolong serigala di malam-malam buta, karena telah kau paku sedemikian rupa kusen jendela.


Tak ada yang bisa kueja dan kumaknai ribuan hati, bahkan tatkala kau menyanyi dan menari sekalipun. Kau hanyalah angin yang menampar sekejap dan kemudian melanglang lagi. Menjerumuskanku dalam sentak dan derak. Menjebakku dalam ingatan-ingatan setan.


Tak ada yang bisa kugamit dan kucerna seperti apa hasrat-hasrat laknat. Seperti beruang kutub dengan hati yang tertutup ...



Jakarta, 15 Juni 2008
(dalam antuk sepi yang mengetuk-ketuk pintu)

*Terinspirasi lagu “Sundown at Midnight”, Fariz RM

2 komentar:

Meita Win mengatakan...

wew...tulisannya lagi berbau sastra yah? atau apa yang ada di benakmu saat menuliskan itu, Mas?
atau yang teringat saat mendengar suara si Fariz mengalun? :)

Arief Firhanusa mengatakan...

iya dek, cuman 'berbau' saja, tapi aku yakin itu bukan sastra. Cuman nulis, menuang resah dan kesepian. Hanya menoreh kata-kata yang (barangkali) enggak ada artinya, hah-hah!