Search

11 Jun 2008

Nyaris Mati


DUA kali saya nyaris mati.


Pertama ketika SMP. Entah setan mana yang menggoda, saya menyibak ladang jagung dan menemukan pohon kelapa yang saya yakini ada sarang burungnya. Saya naiki kelapa setinggi 5 meter itu dengan menenteng sangkar. Sangkar saya bawa untuk menjebak burung, dengan pintu yang terganjal kayu. Jika burung menerobos pintu ini karena tergiur umpan di dalam sangkar, maka ia menginjak ganjal sehingga pintu sontak tertutup. Burung kaget bukan kepalang, tapi terlambat. Ia terperangkap!


Sampai titik terakhir batang kelapa, saya aman. Tetapi saat saya menggapai pelepah untuk mencari penahan badan agar bisa menyelinap ke pusat pohon, saya tak menyadari bahwa pelepah ini ternyata telah kering. Pelepah kelapa yang kering tinggal menunggu waktu untuk copot dari batang.


Tak ayal tubuh saya meluncur deras ke bawah, berdebum dari ketinggian 5 meter, tertimpa pelepah kelapa, dan pingsan. Saya tak tahu bagian tubuh mana yang duluan mencium tanah. Yang pasti selang setengah jam kemudian (saya main kira-kira. Saat mulai memanjat pohon tadi matahari masih memancar. Ketika sadar hari sudah remang) saya siuman, tapi linglung.


Dua hari saya mengalami amnesia. Ibu sering tampak terguguk di sudut kamar karena saya menyebut nama sendiri saja tidak mampu. Saya tak ingat siapa Bapak, siapa pula para tetangga yang menjenguk. Saya benar-benar hilang ingatan dan sejam sekali muntah-muntah.


Seminggu kemudian saya berangsur-angsur sembuh. Ini keajaiban, sebab kelak di kemudian hari saya baru mengerti bahwa amnesia bisa berbulan-bulan sembuhnya. Ini barangkali karena upaya Bapak mengerahkan energi. Di kampung, Bapak dipercayai punya kelebihan.


***


KEMATIAN kedua pernah berniat menjemput saya ketika SMA, sekitar 1989. Pagi ketika berangkat sekolah, saya mencopot helm lantaran gerah. Melaju dengan kecepatan tinggi bersama Indah, adik saya yang waktu itu juga SMA, saya tak memperhitungkan bahwa di depan sana ada polisi.


Jarak 10 meteran tak cukup waktu untuk memakai kembali helm. Polisi di depan sana sudah mengacung-acungkan pentungan. Saya berpikir cepat. Saya terobos barikade polisi dengan harapan lolos dari jerat tilang. Kena tilang berarti didamprat oleh Bapak. Jika mampu melewati polisi-polisi ini saya pasti aman karena beberapa ratus meter lagi sampai gerbang sekolah.


Gebukan polisi terlewati. Indah menjerit-jerit lantaran tegang. Tapi saya tak hiraukan rengekannya. Tinggal melewati bus kecil di depan, maka kami aman.


Bus itu tak besar. Tetapi ketika saya berusaha menyalipnya, saya harus memindah gigi dua kali agar mencapai kecepatan maksimal. Kami hampir sampai ujung depan bus ketika mendadak meluncur sepeda dari arah berlawanan. Sepeda ini memboncengkan keranjang di sisi kiri kanan. Itu mengapa saya tak cukup ruang menyibak ‘gang sempit’ antara bus dan sepeda. Setang saya menyerempet keranjang sehingga motor oleng, kehilangan keseimbangan, dan meluncur deras ke depan bus.


Tentu sang sopir tak siap oleh kehadiran motor saya yang meluncur deras di depannya. Tak heran badan bus menggasak dengan keras dan tanpa ampun, menyeret saya sejauh 25 meter, dan baru berhenti ketika dua belah paha saya hancur karena diparut aspal. Posisi telungkup saya (dengan tertindih sepeda motor) memang memungkinkan badan saya rusak.


Ajaibnya, saya masih hidup! Jika terlambat beberapa detik saja, ban bus sudah melindas tengkorak, dan membuat otak saya berceceran di jalanan! Malaikat tidak mungkin tidur saat peristiwa ini terjadi, tetapi karena Allah masih cinta pada saya.


Juni ini, Insya Allah saya merayakan ulang tahun ke-37. Rejeki berlimpah tak ada bandingannya dengan nyawa. Terkadang saya berpikir, buat apa duit miliaran kalau hanya untuk mengundang risiko tertinggi? Nyawa dan kesehatan, bagi saya, adalah sesuatu yang maha mahal!

12 komentar:

Anonim mengatakan...

ck ck ck ngenes banget bos hidupmu :D

Anonim mengatakan...

justru itu, berarti Tuhan masih sayang. gak ada salahnya disisa hidup ini lebih mendekatkan diri kepadanya. dan bersyukurlah masih diberi umur untuk memperbaiki kesalahan2 di masa lampau dan mohon ampun kepada Nya

Enno mengatakan...

alhamdulillah mas arief masih hidup, jadi kan masih sempat kenal sama cewek manis dan keren satu ini :)

Arief Firhanusa mengatakan...

@satrio
iyo sat, bosmu ngenes banget (bagi duit dong :))

@nana-aceh
Insya Allah ya. Semua emang ada hikmah, selalu ada hikmah dan pesanNya.

@enno
manis dan keren? masa siiih?

Anonim mengatakan...

pernah mo koit sampe dua kali tho mas. hihihihi maap. masa muda ms arif ugal2an yah? pantesan kesruduk bis. peace

Anonim mengatakan...

huehuehue untung masih hidup mpe sekarang, kl engga aku ga duwe kangmas yang imut en ngegemesin ini, halah!

Utang duite kang, cepe ae! boke neh, huahuahua

Anonim mengatakan...

ojo matek dulu mas, msh dibutuhkan negara

Anonim mengatakan...

hah, ultah ke 37???? huwaaaa ketepuuu, kirain msh 27,, hiks hiks

Anonim mengatakan...

sepakat mas. bait terakhir.

saya pernah dengar ceritamu ini mas, saya juga sering dengar masa muda sampeyan yang....


ah sudahlah..

Arief Firhanusa mengatakan...

@blue
hahahahaha (langsung kusambit pake clurit)

Meita Win mengatakan...

wahhh mas, jangan di clurit dulu dia, blum puas aku 'bermain' dengannya :D

hehehe...tgl 20 something sepertinya, semoga pas lagi ultah, pas meeting di Jakarta, jadi bisa di todong...

Masih Gemini gak yah? :D heheh...

Arief Firhanusa mengatakan...

@mungil
tgl 23 dek, bukan 20. Cancer coy, hah-hah!