Search

23 Apr 2009

TENTANG MIMPI


SAYA merandek di kusen pintu. Mundur selangkah untuk mengeja kembali tulisan yang tertera di atas pintu ruang tengah kantor sahabat saya di Yogya: "Jangan berhenti bermimpi".

Saya pernah bercita-cita jadi Spider-Man. Dalam benak saya, asyik juga bergelantungan di gedung tinggi dan menara, membidik bandit dan mengurung mereka dalam sawang.

Saya pernah pula bermimpi menjadi vokalis grup Guns N Roses. Atau striker Manchester United. Hm, betapa syahdunya tatkala perempuan-perempuan mengerubuti saya meminta tandatangan dan menyorongkan bunga.

Dulu saya juga ingin menjadi Arswendo Atmowiloto. Menulis di dua layar komputer untuk merampungkan Senopati Pamungkas dan Keluarga Cemara. Saya dielu-elukan ketika launching novel tertentu yang membuat gaduh toko buku, dan bicara lucu-lucu di talkshow televisi.

Pernah pula saya terobsesi menjadi detektif atau mata-mata. Dalam sebuah keramaian konser saya mencabut pistol, bicara bla-bla-bla dengan sesama mata-mata seraya mengoyak kerumunan orang, lalu bergegas menodongkan moncong senjata ke pelipis teroris, dan kemudian menyeret buronan ke tahanan.

Dulu saya juga pernah ingin menjadi sopir bus malam. Menyetir kendaraan besar membelah kabut dan hujan, mengangkut berpuluh orang menuju kota nun jauh. Di jalan saya bebas membunyikan klakson, mengebut dan menyalip, dan menuai puas ketika pemberhentian terakhir tiba.

Saya lupa mimpi-mimpi saya yang lain. Tapi satu hal saya ingat, saya tak pernah berangan-angan menjadi kepala rumah tangga yang menderita ...

13 komentar:

Anonim mengatakan...

Itu bukan mimpi mas, tapi takdir kali ya...Hehehe...

goenoeng mengatakan...

halah, halah...
konklusinya di paling ujung tulisan ternyata...

:)

imelda mengatakan...

emangnya kepala rumah tangga harus menderita mas?

Jadi wanita apa harus menderita?

Kebahagiaan itu kita sendiri yang menentukannya....

Sama seperti kata Norman Vincent Peale:"You can if you think you can"
and I said:
"You are happy if you think you are happy".

Dont worry be happy

EM

Anonim mengatakan...

fabiayyi 'ala irabbikuma tukadzziban.
Ar-Rahman surah 59.

when in pain, count your blessings. could you?

Ge Siahaya mengatakan...

Ehem..

Katanya niy, penderitaan itu besar kecilnya berada di dalam pikiran kita sendiri. Ada yg penderitaannya kecil menjadi besar karena terlalu fokus pada yg kecil itu. Ada yg penderitaannya besar namun dikecilkannya karena dia menolak untuk fokus pada penderitaan namun memutuskan untuk lebih banyak bersyukur dan melihat hal2 lain diluar dirinya dan permasalahannya saja.

Jadi, it's up to us to choose.

goresan pena mengatakan...

hemmm... mas arief is 'back'...

welcome..

STambun mengatakan...

aku pernah mimpi jadi pegawai negeri kang, trnyata dapetnya "pegawai ngeri", wahakakak

mira mengatakan...

mimpiku sich sederhana maz, aku cm pengin kaya, bs naek haji, punya kapal (nyang kecil2an gapapa), trus tiap weekend di Bali, hihihihihihi

zaky mengatakan...

hm tentang mimpi ya? saya ngga pernah punya mimpi apapun dan cuma ngikuti kemana angin berarak, kemana air bergerak.

SHG mengatakan...

melambung jauh, terbang tinggi, bersama mimpi (kata anggun c sasmi).

Mimpi apa ya kira2 waktu aku kecil. ini neh: jadi tentara tapi ngga pernah ikutan perang. jd, kerjanya ngelus2 bedil, maem, dan bobo, qzakakakak

sendangmulyo mengatakan...

Selarik mimpi pernah melintasi benak saya, lima tahun silam. Saya bermimpi menyantuni beberapa anak yatim piatu hingga mereka lulus SMA. Tapi niat itu belum kesampaian.

Lia Marpaung mengatakan...

ternyata salah satu mimpi kita ada yg sama ya mas arief....ingin menjadi detektif....hehehe...but somehow, mimpi saya "pernah" kesampaian...hahaha...

lintang mengatakan...

percayalah masih banyak yang lebih menderita dari mas arief....