MATA saya menyusuri langit-langit. Sejam lebih tak ada gambar yang melintas, selain neon Philips 18 watt yang murung dan dua ekor cecak di sudut terjauh yang sedang bersetubuh.
Kepala bergeming di atas bantal yang berangsur memanas. Televisi menyala dengan suara lamat, menjual para badut yang tertawa garing dan bacot. (Dalam situasi tertentu nanti televisi itu mungkin saya tendang hingga pecah berantakan!).
Saya stagnan. Komputer termangu. Entah mengapa. Seperti ada limbah menyumpal kepala. Seolah bubuk mesiu basah yang menghalangi daya ledak. Buntu di segenap jalan dan mentok di perempatan. Gelap, berkabut, dan labirin siaga menjemput saya dengan mulut menganga!
Ada 'marka' dalam kreativitas, dan itu saya sadari. Tetapi kehilangan mood dalam sekian hari perlu diwaspadai. Baik, kira-kira apa yang membuat saya mandul seperti ini?
Tak ada masalah dalam rumah tangga. Istri cerewet tapi masih bisa ditolerir. Anak bermain wajar dan tak membuat kesal. Para tetangga masih menyapa. Ketua RT bahkan mengajak saya diskusi untuk kemajuan kampung demi dinilainya bahwa saya punya 'wawasan kebangsaan dan kemasyarakatan' cukup luas lantaran saya wartawan.
Di jalan nyaris tanpa hambatan. Entah, pemakai jalan mendadak bersikap baik. Polisi menatap dengan ramah. Pengemis menjura hormat tatkala saya sodori kepingan 500-an.
Lalu apa? Apa saya masuk angin? Liver dan maag kambuh? Atau sekadar tensi turun-naik yang menciptakan fluktuasi bioritmik? Tidak, saya sehat-sehat saja! Aha, jangan-jangan frekuensi seks saya menyusut? Tidak juga!
Pertanyaan-pertanyaan menggantung. Teka-teki mengamuk dan menyiksa.
Sampai kemudian saya terjaga dari sebuah tidur yang amat pendek tadi pagi. Seperti ada satu bisikan, entah datang dari mana, yang menjelaskan bahwa mood itu tak bisa setiap waktu dihela untuk melahirkan karya. Mood bukan seperti lambung yang bergegas memberikan tenaga sesudah dimasuki nasi, karena ia datang tak diundang, pergi tanpa diminta ...
10 komentar:
Memang mood itu sulit sekali diatur karena dia keras kepala. Disuruh datang tidak mau, disuruh pergi juga tidak mau. Dan kadang malah mengejek kita sambil berkata, "Aku bebas terbang sesukaku..... apa maumu?"
EM a.k.a ikkyu_san
Memang mas,mood itu kayak jailangkung datang tak di undang pulang tak di antar.Coba sampean refresing dulu mungkin butuh udara segar.
ya... jenenge wae penulis. even in his most stuck up times dapet aja tulisan macem gini. darn. bener kata Maz KW di Fanabis.blogsome.com. ide bertebaran di udara. kita tinggal metik.
tapi itu betul bang, malah kadang kalo pas ada ide nylusup, tapi nggak dibuat sesuatu yang "menjadi karya", kadang ilang. lalu sibuk ngingat-ingat, tadi mau nulis apa ya?
memang mas, ada bagian hidup yg kita sama sekali tak kuasa untuk kuasai...itulah yg melempar kita untuk sadar: kita tak berhak sombong...
woooo... tak kira sebagai penulis, ide dan moodnya mas Arief nggak ada matinya. hehe...
aku bukan cuma mati ide Mas....tapi mati sakkabehe....(hiks...hiks)
Butuh tonikum hidup...
saya juga sering mengalami kondisi seperti itu; kehilangan mood...
biasanya saya atasi dg mengerjakan sesuatu yg berbeda dari rutinitas...
mas mandule ojo suwe-suwe aku kangen moco tulisane loh.
huaaaahhh.... gawat..ini..gawat ini..
hehehe...sok sok bingung...
hem..gimana caranya bantu biar moodnya bisa pulih yah...?
main tebak-tebakan, mau ga?
haha...ide yang garing...:)
Posting Komentar