GERIMIS turun berderap. Saya meneliti satu persatu orang dalam kerumunan. Ada laptop di karpet warung tenda, dikelilingi tiga perempuan dan satu lelaki. Satu perempuan di antara mereka menuntun saya menyimpulkan: dialah yang saya cari!
Bercelana pendek. Topi membungkus kepala. Kaus hitam itu telah belel, menyembunyikan tubuhnya yang tambun. Menegaskan kembali pengakuannya ke saya bahwa tubuhnya seperti "babi bengkak".
Tetapi 'babi bengkak' itu tak sepenuhnya dilebur lumpur, seperti halnya celeng murung dalam kubangan. Ia nerocos, tertawa, meledek. Energinya setara genset swalayan. Saya miris membayangkannya tiba di Semarang saat subuh belum bertalu, kemudian menonton televisi di sebuah sudut Semarang Barat bersama para tukang ojek, lantas kabur ke Yogya dengan bus pertama!
Belum tuntas peluh diseka, mengunyah pertemuan dengan beberapa kawan di sana, ia kembali lagi ke Semarang. Dini hari telah menjelang, tetapi ia masih tidak redup. Ada matahari menyala di kepalanya. Ada bergalon-galon bensin yang menyulut tungku di lidah dan tenggorokannya.
Saya menyimak manik matanya, menerka apa yang sebenarnya ia cari. Tapi kandas. Ia membungkus erat sesuatu yang merangsek adrenalin. Ia tak mudah memberi jawaban atas sejumlah pertanyaan, meski ribuan kata ia lontarkan tanpa tersedak.
Di lorong malam, ketika dua perempuan dan satu pria telah hilang dari kerumunan, ia menggelar layar. Laptop berpindah ke pangkuan saya dengan derai kata lanskap. Ia meminta saya mengunyah cerpennya. Cerpen yang menyita perhatian. Bukan hanya karena ia mendulang beberapa kosa kata ajaib, melainkan tema yang diusungnya begitu menantang dan sublim.
Pada bagian lain, ia mengungkap perih dan pedih hati. Ia berkisah perihal riwayat hidupnya lebih terbuka ketimbang awal kami bertemu, beberapa jam sebelumnya. Saya tergugu. Saya menatapnya ngilu. Mencoba mengapungkannya dari danau penuh sembilu tapi tidak mampu.
Perempuan yang mengetik dengan jari yang tidak genap ini Pitoresmi Pujiningsih namanya. Perempuan yang memiliki dunianya sendiri, merabuknya dengan seksama, dan membuat dinding sekokoh beringin. Dinding yang ia gantungi lukisan-lukisan abstrak, gambar-gambar absurd, foto-foto kelam ...
Bercelana pendek. Topi membungkus kepala. Kaus hitam itu telah belel, menyembunyikan tubuhnya yang tambun. Menegaskan kembali pengakuannya ke saya bahwa tubuhnya seperti "babi bengkak".
Tetapi 'babi bengkak' itu tak sepenuhnya dilebur lumpur, seperti halnya celeng murung dalam kubangan. Ia nerocos, tertawa, meledek. Energinya setara genset swalayan. Saya miris membayangkannya tiba di Semarang saat subuh belum bertalu, kemudian menonton televisi di sebuah sudut Semarang Barat bersama para tukang ojek, lantas kabur ke Yogya dengan bus pertama!
Belum tuntas peluh diseka, mengunyah pertemuan dengan beberapa kawan di sana, ia kembali lagi ke Semarang. Dini hari telah menjelang, tetapi ia masih tidak redup. Ada matahari menyala di kepalanya. Ada bergalon-galon bensin yang menyulut tungku di lidah dan tenggorokannya.
Saya menyimak manik matanya, menerka apa yang sebenarnya ia cari. Tapi kandas. Ia membungkus erat sesuatu yang merangsek adrenalin. Ia tak mudah memberi jawaban atas sejumlah pertanyaan, meski ribuan kata ia lontarkan tanpa tersedak.
Di lorong malam, ketika dua perempuan dan satu pria telah hilang dari kerumunan, ia menggelar layar. Laptop berpindah ke pangkuan saya dengan derai kata lanskap. Ia meminta saya mengunyah cerpennya. Cerpen yang menyita perhatian. Bukan hanya karena ia mendulang beberapa kosa kata ajaib, melainkan tema yang diusungnya begitu menantang dan sublim.
Pada bagian lain, ia mengungkap perih dan pedih hati. Ia berkisah perihal riwayat hidupnya lebih terbuka ketimbang awal kami bertemu, beberapa jam sebelumnya. Saya tergugu. Saya menatapnya ngilu. Mencoba mengapungkannya dari danau penuh sembilu tapi tidak mampu.
Perempuan yang mengetik dengan jari yang tidak genap ini Pitoresmi Pujiningsih namanya. Perempuan yang memiliki dunianya sendiri, merabuknya dengan seksama, dan membuat dinding sekokoh beringin. Dinding yang ia gantungi lukisan-lukisan abstrak, gambar-gambar absurd, foto-foto kelam ...
15 komentar:
i sound kewl...
*garuk2 dagu*
Keren banget ya Pito
WOW
Hiakakakakaka.. akhirnya.. akhirnya Pito ketmu kau juga bang?
itu setelah beberapa kali ia mengungkapkan keraguannya untuk bertemu. hiakakaka....
Pito memang seperti genset.
sofi asu lah! gak di forum gini, cuk!
sy salut dgn deskripsi anda ttg mata Pito dan ttg dinding yg dia buat, anda benar2 telah bertemu Pito :).
She loves to read n write. Wlupun dlm tulisan2 dia,sy merasa ada hal yg tdk sepenuhnya diungkapkan jd berasa ceritanya itu ngambang.
well, wlupun pito terlihat "keras".. tp dia lbh wanita drpd sy. -shinta-
sepertinya hebat yg bernama pito itu ya?
jadi pengen kenal.
Sepertinya menarik, jadi penasaran pengen baca cerpen nya..
Pito? Oh I always, always love that girl and her writings :)
saya tergeragap membacanya..
bolehkah saya asal menebak?
hm,apakah Pito yang dimaksud ini adalah ibu dari seorang anak bernama Icha? kalau benar, sampaikan salam mas... karena saya mengagumi tulisan-tulisan beliau. tetapi jika salah... maafkan atas 'tuduhan' saya..hehehe..
..........
"Perempuan yang mengetik dengan jari yang tidak genap ini Pitoresmi Pujiningsih namanya"
terlepas dari siapapun perempuan hebat ini, saya selalu terkesima dengan seorang difabel yang mampu berkarya dengan sempurna, dalam dunianya...
hem..:)
sehat, mas? :p xixixixi...(nanya begini, biar lebih akrab..ketimbang nanya apa kabar..huehehe..)
es ndang dirabi yah..
ditunggu undangannye :)
eh, maz.. tapi gada yg bisa ngalahin geblegnya deskripsi pito disini: http://fanabis.blogsome.com/2007/07/09/no-5-perempuan-nocturnal-dari-sagan/
numpang narsis! huahahaha!!!
oia, mbak hezra, ICHA itu adekku, bukan anakku. kami beda umur hampir 7 taun. dari kecil aku yg momong dia.
thus, we right the wrong... (=
omith, you are one of my students in our fucked up BHI English Club. I expect you to use your brain and mouth properly next time. i tolerate this kind of prank in our peers, not in others. could you do that, dear? i'm sure that is not a hard thing to do.
wih, aku ketinggalan...
wah pito emang magnet yang menarik semua objek bergerak yang ada di dunia ini...
yg ini ga pernah dikomenin ama pemilik blognya ya...
Posting Komentar