Penyanyi dangdut adalah impian-impian. Ia menghibur dan butuh pengakuan. Betapa rentan ketika goyangnya dimaknai komoditi. Orang meludah seolah memandang limbah. Padahal ia harus membeli bedak, gincu, beras, susu, dan baju.
Penyanyi dangdut menyelinap dari kampung ke kampung. Mengamati dengan was-was para pejoget teler. Ia dijemput dan diantar selayaknya dai, meliuk dan mengerang, memamerkan tubuhnya yang sintal dalam hubungan saling menguntungkan: pengundang puas, honor diberikan, dan mengantongi sawer yang melebihi jumlah bayaran.
Penyanyi dangdut adalah miniatur sakwasangka, tetapi dibutuhkan. Ia tak perlu membuat album atau disiarkan televisi. Ia hanya butuh uang untuk hidup, meski kadang mereka memaknai kiprahnya sebagai jembatan menuju transaksi lain. Transaksi yang mengubur rambu, dan uang adalah berhala.
Penyanyi dangdut adalah pinggul, suara, uang, dan penisbian tata krama. Tetapi mereka (seharusnya) tetap manusia ...
[Kepada Eza, Widi, Ima, Pertiwi, Inung, Siwi, dan sejumlah penyanyi dangdut tarkam lainnya yang senantiasa menjunjung tinggi norma-norma. Tetap dengan gaun-gaun sopan, neng]
6 komentar:
potret hidup yang bikin hati miris...haruskah...
ga' ngeh mesti koment apa nich... yg jelas dah "Do Follow" yach..
mereka adalah bagian dari potret kehidupan kita...semoga kita bisa memanusiakan manusia dan menyampaikan kebenaran dengan cara yang indah ya mas
kalo liat penyanyi2 dangdut di you tube yg sampai menari2 mnggelepar2 kok nggak ubahnya penari striptease ya , sungguh saya kaget sekali liat fenomena itu apalagi itu terjadi di desa2
makasih kunjungannya ya
terus terang, saya tidak begitu menyukai dangdut, seperti saya menyukai lagu-lagu Iwan Fals.
Tapi saya suka dangdut yang menghibur. menghibur dalam segala aspek.
Salam kenal mas....
Saya fans berat dangdut neyh mas, saya cuma ingin mengutarakan sebetulnya dangdut itu gak kampungan dan malah sebaliknya,yg bikin dangdut kampungan ya hanya penyanyinya contohnya seperti gambar diatas ini,sebetulnya dangdut itu sendiri musik yg enak,asyik juga memasyarakat tidak hanya kalangan bawah saja kalangan atas juga menikmatinya... bahkan sekarang sudah in amerika ya gk mas hehehe, tengkiw ya mas blogsnya asyik neyh..
Jangan salah, saya juga suka dangdut loh. Mereka yang saya sebut di akhir tulisan itu adik-adik kelas saya di kampus yang nyambi jadi penyanyi.
Benar kata Anda, dangdut rusak lantaran ulah oknum. Oknumnya siapa? Ya mereka yang seronok itu kalau menyanyi.
Salam kenal juga.
Posting Komentar