... semoga aku masih bisa melewatkan masa separuh putaran bumi ... [Jalanku Tak Panjang, Ari Lasso]
Tadinya saya tak terlalu mengagumi Ari Lasso, terutama setelah ia copot dari keanggotaan Dewa. Suaranya biasa saja. Lirik-liriknya cenderung merengek dan termehek-mehek.
Tetapi belakangan saya suka satu lagunya. Jalanku Tak Panjang, itu judulnya. Memasang CD Ari di mobil saja awalnya lantaran terpaksa karena hampir seluruh CD telah keluar masuk selop player, jadi garing di kuping. Nah, suatu ketika iseng-iseng saja mencungkil CD-nya Lasso dari ‘bagasi’ kaset-CD. Distel, eh, enak juga yang ini, gumam saya.
Refrainnya – yang saya kutip di awal tulisan ini – amat pas dengan situasi saat itu. Dalam perjalanan dari Solo, persis sesudah terminal Boyolali, saya hampir menyambar motor yang ditunggangi ibu-ibu. Ia menyelonong dari kiri untuk menyalip, persis ketika saya menengok layar HP yang dikirimi SMS oleh seseorang.
Untung ibu ini luput dari maut. Padahal tanki bensin bebeknya sudah sekian inci dari bemper kiri saya, dan kebetulan saya setengah mengebut.
Maut, kematian, celaka, musibah, dan cobaan itu saya pikir jaraknya hanya sekian senti di sisi kita. Ia mengintip dengan seksama dan siap melarung kita ke lembah kematian.
Dalam dua tahun terakhir ini, belasan kali saya menyaksikan kecelakaan di depan mata. Dari cuma motor yang terguling akibat dilanggar pick up, hingga seseorang meregang nyawa dengan otak berhamburan gara-gara disikat truk gandeng.
Tuhan seolah sedang menguji saya, punyakah saya mental sekuat baja. Punyakah saya kekuatan iman sehingga tidak mengumbar napsu dan amarah yang melahirkan kecelakaan.
Tuhan juga mungkin sedang memberitahu kepada saya bahwa saya adalah salah satu diantara sekian ‘yang berhak’ melihat seseorang di pintu mati. Setelah Ibu pada tahun 1993 yang wafat di pangkuan saya, saya juga berada di sisi beberapa orang lain yang sedang sakratul maut dan akhirnya meninggal, baik di rumah sakit, maupun di rumah, dengan penyebab yang bermacam-macam. Terakhir, saya menyelamatkan Nur (tetangga di RT yang sama) yang hampir kehilangan nyawa karena bunuh diri menenggak obat serangga.
Pintu mati itu sesungguhnya persis di sebelah kita, dan siap menjemput kita kapanpun, di manapun, dalam kondisi apapun!
2 komentar:
alhamdulillah kita selalu diingatkan ya Mas...itu petunjuk bahwa Alloh sayang sm kita..semoga kita menghadap-Nya kelak dalam "khusnul khotimah" ya dalam ketaatan kepada Kekasih kita Alloh SWT semata...semoga Alloh Mengampuni dosa kita yang lalu-sekarang-dan yang akan datang
lagi lagi kan....sebuah lagu bisa memaksakan kita lari menjelajahi sejarah 'mata' dan indera...
ari lasso...
saya menikmatinya tidak di saat hits2 nya booming, justru malah setelah lewat dan terkadang, ada kejadian yang mirip2 dengan yang dialami...begitulah...
Posting Komentar