Search

28 Jan 2008

PAK HARTO


Minggu siang, tatkala Siti Hardiyanti menggelar press conference usai bapaknya meninggal, entah mengapa airmata saya menetes. Bukan penuturan Mbak Tutut yang melankolis dan bersuara serak, tetapi saya kira rasa sentimentil saya ini berkaitan dengan kematian.

Setiap melayat siapapun, saya melafalkan doa-doa sebisa saya. Dalam benak saya, orang kalau sudah meninggal tak perlu kita bebani dengan pikiran negatif. Biarlah ia menghadap Sang Khalik dengan tenang dan sempurna. Kalau perlu, biarlah ia masuk surga. Kalau penuh dosa, saya minta Tuhan mengampuninya, sehingga dalam timbangan baik-buruk bisalah seimbang.

Kembali ke Pak Harto. Jujur saya pernah kesal pada orang satu ini. Saya pernah melihat pria renta di desa saya, di Demak sana, ditempelengi tentara Koramil gara-gara terbalik memasang bendera. Pria ini kira-kira umurnya 70 tahun yang mungkin sudah rabun. Bayangkan kalau orang tersebut adalah bapak atau pakdenya si tentara.

Rezim Orde Baru memang identik dengan semena-mena. Barangkali Pak Harto tak pernah memerintah tentara untuk menggebuki warga. Barangkali juga Pak Harto tak pernah secara langsung menyuruh polisi memalak pelanggar lalu lintas.

Tetapi ibarat kepala ular, kemanapun ia bergerak dan mematuk, maka ekornya mengikuti dan menyaksikan. Kalau mulut ular ganas menyerang siapapun, ekornya akan melakukan pembelaan dan meniru!

Pak Harto pernah (secara tak langsung) memerintah agar Golkar menang dengan cara apapun. Itu mengapa Bapak saya yang carik di sebuah desa memerlukan paku di bawah meja untuk mencoblosi PPP dan PDI sekaligus jika kartu Pemilu abstain. Bila PDI atau PPP yang dicoblos warga, maka gambar lain juga harus dicoblos (melalui paku rahasia ini) agar kartu tersebut tidak sah.

Pak Harto menurut saya manusia ajaib. Ia diwarisi wahyu menjadi pemimpin oleh trah yang kita tak tahu dari mana, kerajaan apa, atau siapa raja itu. Itu mengapa 32 tahun memerintah, ia melahirkan hegemoni yang superstar, hingga akhirnya Bu Tien meninggal, sehingga kesaktiannya berangsur luntur.

Kini presiden yang gemar tersenyum itu telah tiada. Meski pernah kesal, tetapi sejak hari Minggu siang saya memanjatkan doa-doa agar ia diberi jalan yang terang menuju tempat yang terbaik baginya. Bagi saya, orang yang telah mati tak perlu didoakan agar ia masuk neraka!

Selamat jalan, mantan presiden!

Tidak ada komentar: