Search

23 Sep 2008

BUAH HATI


Selagi menunggu penggantian velg di sebuah toko, saya mendapati seorang kasir yang muram.

Perempuan berjilbab ini tak hanya dahaga lantaran puasa, tetapi juga sedang dihempas prahara. Prahara yang membuatnya tampak tua.

“Enam tahun, Mas, dan selama itu saya sangat tersiksa ... ” ujarnya menjawab pertanyaan saya perihal berapa lama ia menanti kehamilan yang amat ia tunggu-tunggu.

Benar! Salah satu sumber kesedihannya adalah karena telah enam tahun sejak menikah ia belum mengandung.

“Padahal umur saya sekarang 36. Saya repot oleh banyak pertanyaan, terutama mertua yang menuding saya mandul. Sedih rasanya,” tutur adik ipar pemilik toko ini dengan pilu.

***

Anak adalah tunas. Mereka akan menerima tongkat estafet kita. Pengembangbiakan yang nantinya meneruskan riwayat tentang diri seseorang. Sangat sedih suami istri tak memperoleh keturunan, kecuali Jaya Suprana dan istri yang memang bersepakat untuk tak memiliki buah hati.

Ketika malam beranjak dan jengkerik bersahutan, saat itulah kita takzim di bibir ranjang, mengamati setiap detak jantungnya, menerka-nerka sedang mimpi apa mereka.

Kita menyelimutinya, menghalau nyamuk yang terbang rendah menuju telinga, dan berjanji esok akan bekerja keras untuk mendapatkan uang agar mereka bisa berbaju baru saat Lebaran.

Anak adalah darah kita yang mengalir deras, menjejakkan kaki-kakinya dalam serat dan ukiran yang kita ciptakan.

Kita menangkap lanskap dari derai tawa di mungil mulutnya. Kita terbebas dari belenggu saat mengawasi mereka sedang mengejar kupu-kupu, dan memperoleh kisah-kisah syahdu atas tangisan mereka yang lucu.

Anak-anak adalah sebuah isyarat bahwa kita mampu mendaki dan menggali. Tentu saja perjalanan menyenangkan itu ingin pula dicecap oleh kasir toko ban itu. Tak ayal ia gundah gulana, dan barangkali saja ia memaki dengan kasar orang-orang yang tega membuang bayinya ke kali ...

7 komentar:

Anonim mengatakan...

hmm ... perenungan yang membuat aku merinding kang

Anonim mengatakan...

setuju mas, anak-anak adalah perahu kertas yang membuat kita selalu terjaga dari mimpi-mimpi buruk

Anonim mengatakan...

Mas Arief bikin aku berurai airmata. Pasti aku jaga dengan baik-baik anak-anakku kelak. Makasih ya mas tulisannya yg membuatku makin pede menghadapi masa depan. Ini aku baca blognya mas Arief sm "dia". Tar kukenalin mas.

Enno mengatakan...

aku selalu nangis kalo baca berita soal bayi2 yg dibuang itu... barang bekas aja skr ada harganya kok

hari Lazuardi mengatakan...

Sangat mencerahkan dan menyentuh mas, melihat kata-kata yang menari dan tertatah dengan simfoni maknanya itu, hingga bisa menghasilkan sebuah cermin yang berbicara,
bertutur tentang buah hati...

Anonim mengatakan...

Ada saat dimana anak adalah benang kusut ketika ia durhaka. Tapi, sejatinya, sedurhaka-durhakanya buah hati, mereka adalah getah bening yang kita curahkan ke mayapada.

Anonim mengatakan...

Ah, indahnya punya baby. Kelak mereka akan kumanja dan kubelai biar mereka larut dalam kesedihan-kesedihanku