Search

28 Mar 2009

AKU HAMIL, IBU


Kau murkai aku sedemikian rupa, Tuhan, dosa apa yang telah kuperbuat?



MATA kucing itu meredup. Seperti nyala lilin dikebiri angin. Rika duduk dengan dada naik turun. Di depannya Cahyani dan Bahtiar, ibu dan ayahnya, menghela napas perih. Suami istri itu dilanda geram dan panik yang berbaur.

"Kapan terakhir kau melakukannya?" Hardik sang ayah.

Rika mencoba menahan sengal. Mulutnya seperti terkunci. Susah payah ia berucap. " ... Awal Januari ... "

Secepat angin Cahyani menghitung. Bila awal Januari hubungan badan dilakukan, dan itu langsung berbuah, berarti kini Rika mengandung dua bulan. Petir lebih deras menyambar-nyambar jantung dan kepala Cahyani. Oh Tuhan ...

"Mengapa, nak, mengapa ... " Cahyani tak mampu meneruskan kalimat. Ia tergugu, ngilu.

Bahtiar tak pernah sesedih ini sebelumnya. Sebagai ayah, ia telah menjaga dengan rapat putri semata wayangnya. Pagi, pukul 7.00 sebelum bertolak ke kantor berboncengan dengan istrinya, ia tak pernah lupa memesan agar Rika berhati-hati, terutama bila sejam kemudian Wayan menjemputnya berangkat kuliah.

Wayan remaja berparas kalem. Ia bersikap santun tiap mengapeli Rika pada malam Minggu. Beberapa kali ia bahkan menenteng oleh-oleh. Bukan jajan mewah, melainkan cuma pisang goreng atau martabak. Tapi itu cukup memaknai bahwa ia anak yang mulai matang.

Berdua ketika rumah sepi pada pagi hari melahirkan bibit malapetaka. Berawal dari hanya sekadar mengantar handuk ke kusen pintu kamar mandi kala Rika sedang mengguyur badan, lambat laun lahir rangsangan-rangsangan aneh di aorta darah.

Lalu terjadilah sesuatu. Bukan hanya pada pagi itu, melainkan pagi berikutnya, dan selanjutnya. Dan Rika berbadan dua ...

Bahtiar beranjak keluar. Menghirup udara malam yang justru makin membuat pengap hatinya. Ia tak tahu harus berbuat apa, bahkan hingga fajar tiba tatkala ia masih duduk mematung di pos ronda dengan dua bungkus rokok yang telah kosong ...


**
Seperti dituturkan oleh Bahtiar (bukan nama sebenarnya), sahabat dan tetangga saya di sebuah kompleks perumahan, di Semarang Timur, Kamis (26 Maret 2009). Nama-nama lain juga disamarkan.

11 komentar:

lintang mengatakan...

susahnya punya anak perempuan jaman sekang mas...mudah2 anakku tdk mengecewakanku nantinya. wah..jadi curhat he..he..

Embun Pagi mengatakan...

Paras kalem gak menjamin baiknya ahklak seseorang .. justru kadang yang serem parasnya tapi baik hati...

Anonim mengatakan...

ah...paras serem juga gak jaminan.
laki2 mana aja sma aja, ga kalem ga serem sma2 punya nafsu.

goenoeng mengatakan...

weh, jendela mobil dan anak2 dewe sekarang yg jadi model ik. nyuruhnya pose gitu, ngomongnya gimana mas ? eh, apa salah ya ? bener nggak itu Ian sama Oka ?

wis, saya nggak mau komen tentang postingannya. cuma mau nambahi, 'penampakan' memang bisa berdusta. contohnya... saya, hahaha...

Ge Siahaya mengatakan...

Saya cuma mo nanya: yg melakukan aib 2 org manusia dewasa yg sudah tau mana yg boleh dan ga boleh, tapi yg dituduh memurkai kok TUHAN? Justru klo TUHAN trus murka ya pantas mungkin, tapi ini kan bukan begitu kasusnya toh? Hmm...

Anonim mengatakan...

ibu dan adekku selalu nangis kalo denger berita ttg janin2 yg dihilangkan hak hidupnya karena tidak diinginkan. ibuku kangen menimang. adekku bosan jadi bungsu selama dua puluh taun lebih. jika ada, ibuku mau menampung bayi temen2ku yg 'kecelakaan'.

tolong ingetin Pak Bahtiar bahwa tuhan nggak pernah murka. dia kadang suka bermain dengan nasib ciptaannya. tolong maklumi tuhan karena dia sepi sendirian. dia pasti punya rencana lain.

*ergh! gatel pen cerita!*

Arief Firhanusa mengatakan...

Untuk G:

Headline tulisan ini, yang bunyinya "Kau murkai aku sedemikian rupa ... " itu getir hati Bahtiar saat tercenung murung bin putus asa menyadari anaknya tengah hamil di luar nikah. Dan bukannya MENUDUH TUHAN.

Orang yang sedang putus asa sering 'terkapar' dan cuma bisa bertanya-tanya mengapa malapetaka menimpanya, sebelum yang bersangkutan akhirnya sadar dan "kembali kepadaNya".

blue mengatakan...

bang, sampaikan salam saya buat pak bahtiar. Jangan Murkai Anaknya.

*fotonya keren bang.. aku suka*

Anonim mengatakan...

Mas, apa yang berlaku pada keluarga Pak Bahtiar mungkin bukan murka Tuhan tapi 'teguran' kali ya...

ernut mengatakan...

ujian keluarga bahtiar sungguh berat...seberat tugas ortu mengawal anak yang sedang tumbuh remaja...
nampaknya ajaran agama yg kuat sangat diperlukan untuk meumbuhkan rasa takut melakukan perbuatan terlarang...

Sekar Lawu mengatakan...

Punya anak remaja, apalagi perempuan, ibarat ancik-ancik pucuking eri (berdiri diats duri)...Aku selalu beristighfar tiap kali mendengar cerita remaja yang terpaksa menikah dini karena MBA, berharap itu tidak terjadi pada kedua putriku.Selalu dan selalu wanti-wanti pada kedua putriku....supaya bisa menjaga diri dan nama baik keluarga....duuuh....