... Mas Untung Surendro mukim di jalan sederet dengan kantor kami. Jangan pernah berpikiran bahwa meskipun berjarak hanya 100 meteran kami bisa setiap saat bertemu. Maklum, saya punya kesibukan yang sangat padat, sementara Mas Untung pastilah memiliki dunianya sendiri yang menghambat kami untuk berjumpa saban kami inginkan.
Tetapi hambatan kuantitas justru mendongkrak kualitas pertemuan. Setiap bertatap muka, kami langsung in, seolah intrance. Banyak hal kami bicarakan, mulai remeh temeh hingga persoalan berat. Malam, ketika kami biasa bertemu itu, suasana magis menyelimuti. Gempuran lalu lintas padat di depan rumahnya seolah hanya angin lalu yang berkesiur.
Kami melakukan kontemplasi, mempercakapkan bagaimana Tuhan berkehendak, dan bagaimana kita menyeimbangkan diri dalam pusaran alam. Pulang dari sana, hati saya seolah di-reload, terisi kembali dengan hamparan positif sehingga langkah menjadi enteng.
Beruntung sekali saya mengenal Mas Untung ...
Kami melakukan kontemplasi, mempercakapkan bagaimana Tuhan berkehendak, dan bagaimana kita menyeimbangkan diri dalam pusaran alam. Pulang dari sana, hati saya seolah di-reload, terisi kembali dengan hamparan positif sehingga langkah menjadi enteng.
Beruntung sekali saya mengenal Mas Untung ...
4 komentar:
dalam hati, dalam kedalaman samudera, dalam keteduhan purnama di sebalik dedaunan, akan kau temukan kesejatian, rief. engkau beruntung masih diberi kepekaan jiwa. kapan kita merenung lagi malam-malam, seperti dulu kerapkali kita lakukan? salam hati. [obelium obie obelifuz, contra agram mezia]
Hai sedulur, pa kabar sampean? Unggah-ungguh lan caramu menuturkan kegelisahan membuatku was-was, karena biasanya sampean menyelusup demikian dalam misteri kabut dan ruh. Hai malaikat, bimbinglah kawanku ini dengan lilinmu. Kami telah dipisahkan jarak, tetapi kami tak pernah renta.
maz ayip, punya kaset Iwan Fals yang album 50:50 ga? pinjeem duuong.
Inggih mas, tutwuri handayani
Posting Komentar