"Oom Arief punya fesbuk ga?"
SMS itu sangat mengganggu benak saya, kemarin petang. Datangnya dari Opie, keponakan di Bandung yang baru saja mendaftar pendidikan broadcast. Mengapa terganggu? Inilah rinciannya.
Facebook, atau kini digampangkan menjadi "fesbuk" atau "FB", pernah dikampanyekan secara gencar oleh Gati Siahaya, berbulan lewat. Saya menolak lantaran parno oleh wahana serupa yang lebih tua, yang instruksinya memusingkan dan lelet di-download.
Tapi, diam-diam (sambil celingak-celinguk, takut dipergoki orang karena latah) saya mengisi formulir. Form yang simpel dan gampang diakses, sehingga resmilah saya punya fesbuk. Lantas waktu bergulir. Lalu suatu saat saya (iseng pula) mau membuka fesbuk tadi untuk melayani puluhan kawan (dan calon teman karena kenal mereka pun tidak) yang meminta alamat fesbuknya di-add, melalui e-mail saya.
Apa lacur, saya lupa password-nya! Tanggal lahir saya ketik. Nihil. Nomor PIN kartu ATM saya terakan. Ditolak juga. Nama Bapak-Ibu saya tulis ... Eeee dicuekin juga. Wah, apa ya? Langsung saya tutup lagi dan kembali menggumuli blog. Padahal, kalau mau teliti dan telaten, sebenarnya ada instruksi yang sanggup menolong membuka akses jika saya mau. Tapi sudah telanjur kesal.
Sampai kemudian kemarin petang. Opie yang berangan-angan menjadi presenter "Jejak Petualang" Trans7 seperti Riyanni Djangkaru itu membuka pikiran saya. Lalu, pagi-pagi saya membuka situs sosialitas facebook, dan dengan semangat 45 me-reset password.
Olala, saya terkesima dibuatnya. Facebook yang kesohor itu -- sampai-sampai sebuah pondok pesantren mengharamkan santrinya mengakses -- ternyata dunia baru yang melebihi keindahan akuarium koi dan arwana! Menyalip kilau etalase butik berlian!
Saya terkekeh-kekeh. Saya asyik masyuk. Mengomentari dan menyimak komentar orang adalah menyusup ke sebuah relung penuh artefak. Memburu kawan-kawan lama bisa jadi melebihi petualangan Brendan Fraser cs di film Journey to The Center of The Earth.
Saya takut ketagihan dan lupa mencari nafkah ...
SMS itu sangat mengganggu benak saya, kemarin petang. Datangnya dari Opie, keponakan di Bandung yang baru saja mendaftar pendidikan broadcast. Mengapa terganggu? Inilah rinciannya.
Facebook, atau kini digampangkan menjadi "fesbuk" atau "FB", pernah dikampanyekan secara gencar oleh Gati Siahaya, berbulan lewat. Saya menolak lantaran parno oleh wahana serupa yang lebih tua, yang instruksinya memusingkan dan lelet di-download.
Tapi, diam-diam (sambil celingak-celinguk, takut dipergoki orang karena latah) saya mengisi formulir. Form yang simpel dan gampang diakses, sehingga resmilah saya punya fesbuk. Lantas waktu bergulir. Lalu suatu saat saya (iseng pula) mau membuka fesbuk tadi untuk melayani puluhan kawan (dan calon teman karena kenal mereka pun tidak) yang meminta alamat fesbuknya di-add, melalui e-mail saya.
Apa lacur, saya lupa password-nya! Tanggal lahir saya ketik. Nihil. Nomor PIN kartu ATM saya terakan. Ditolak juga. Nama Bapak-Ibu saya tulis ... Eeee dicuekin juga. Wah, apa ya? Langsung saya tutup lagi dan kembali menggumuli blog. Padahal, kalau mau teliti dan telaten, sebenarnya ada instruksi yang sanggup menolong membuka akses jika saya mau. Tapi sudah telanjur kesal.
Sampai kemudian kemarin petang. Opie yang berangan-angan menjadi presenter "Jejak Petualang" Trans7 seperti Riyanni Djangkaru itu membuka pikiran saya. Lalu, pagi-pagi saya membuka situs sosialitas facebook, dan dengan semangat 45 me-reset password.
Olala, saya terkesima dibuatnya. Facebook yang kesohor itu -- sampai-sampai sebuah pondok pesantren mengharamkan santrinya mengakses -- ternyata dunia baru yang melebihi keindahan akuarium koi dan arwana! Menyalip kilau etalase butik berlian!
Saya terkekeh-kekeh. Saya asyik masyuk. Mengomentari dan menyimak komentar orang adalah menyusup ke sebuah relung penuh artefak. Memburu kawan-kawan lama bisa jadi melebihi petualangan Brendan Fraser cs di film Journey to The Center of The Earth.
Saya takut ketagihan dan lupa mencari nafkah ...
12 komentar:
hahhahaha
sudah menjadi jemaat fesbukiyah ya...
saya sih fesbuk hanya untuk nostalgia dengan teman SD, SMP, SMA, Univ.....awalnya
Tapi sekarang sudah penuh juga dengan blogger. Dan mereka online 24/7 ..HEBAT!.
Saya masih lebih suka blog/YM daripada FB.
selamat datang dan jangan kecanduan hihihi
EM
Jadi jemaat sih blom, cuman lagi mo dibaptis, haha!
Oiya, YM/blog msh tetep nomor satu kok, jangan cemas akan kecanduan fesbuk :p
Facebook lama-lama bisa membuat kecanduan. Waspadalah! Waspadalah! :D
wait until you join Twitter or Plurk. sana gih, coba gih.
ngetes gravatar, nongol tak.
selamat bergabung Mas....saya sudah terjerumus sejal 8 bulan yang laluuu....
mas arief, kalau mau makin asyik maen fesbuk, ganti hp-nya dengan blackberry, atau disebut blekberi, atau BB :D
pasti makin ketagihan...nach, selamat bergabung di dunia FB, hati2 nulis status, jangan sampai menyinggung atau dianggap mencemarkan nama baik orang lain, bisa2 berakhir seperti Prita dan tersundut UU ITE :D
oya, jangan lupa add Lia juga donk di FB hahahaha
Numpang ngakak yak.... kakakakak... (^^,)
ati-ati sakauw...antri daftar.
huaahahahaha... akhirnya...
ijinkan saya ketawa ngakak sepuas2nya dulu, mas. :D
saya ikut fesbuk biar dibilang gawul bang...
hehehe...
Saya takut ketagihan dan lupa mencari nafkah ...
Yah pak, pak... justru bnyk yg mempergunakan fesbuk ini untuk urusan bisnis. Mungkin kalo "pinter" justru bisa untuk mencari nafkah. Xixixi....
Posting Komentar