PEREMPUAN itu menatap kembang turi di pekarangan rumah dengan seksama. Ia ingin menjadi kelopaknya, atau dahan yang mengaliri kembang turi dengan serat-serat makanan lezat.
Lalu, suatu ketika tatkala seorang ibu rumah tangga menyuguhi suami dan anak-anaknya dengan pecel atau gudangan kembang turi, maka perempuan yang menatap kembang turi dengan seksama itu seperti penari yang berjingkat-jingkat di atas lidah suami dan anak-anak ibu rumah tangga itu dengan irama dansa yang mempesona.
Sudah lama ia ingin menjadi kembang turi. Saat hari pertama di Sekolah Dasar, murid diwajibkan maju ke depan kelas, mengenalkan diri. Tibalah giliran perempuan itu maju. "Nama saya Erliana, alamat di gang nomor enam ... " Ia berhenti. Bu guru pun bertanya, "Nah, cita-citamu apa, Erliana?" Anak itu menjawab sekencangnya yang membuat kelas itu sontak gaduh oleh tawa, "Saya ingin jadi kembang turi ... "
Kembang turi memasuki mimpi-mimpi Erliana. Tas, buku tulis, buku gambar, semuanya penuh gambar kembang turi. Ia memandangi gambar-gambar itu saat ayahnya memboncengkannya pulang-pergi sekolah dengan sepeda. Ia mencuci kaki dan tangan, kemudian makan, dan matanya kembali jatuh ke kembang turi di sampul buku dan tasnya ketika ia sendirian di kamar.
Bolamatanya menyipit, dahinya berkerut, dan alam lain lalu menyedotnya, menyeruakkannya ke dunia antah berantah. Di sana ia menjadi ratu dengan kembang turi menyelinap di atas telinganya dengan belasan pangeran yang menatapnya takjub ... sampai kemudian ibu menepuk bahu Erliana, membangunkannya dari lamunan. "Ayo sholat dulu sana!"
Kembang turi. Ah, mengapa ia menggantung dengan badan yang segar di ranting yang kering, dengan kelopak-kelopak yang ranum padahal turi tumbuh di pematang sawah yang terpanggang matahari?
Mengapa turi yang batang dan dahannya keras, cokelat mengelupas, dan tak menarik itu menetaskan kembang-kembang yang sekemilau mahkota? Erliana juga tak habis pikir, mengapa kembang turi sangat gurih. Mengapa kembang turi tidak wangi namun enak rasanya sehingga menciptakan cemburu buta mawar, melati, dan bunga kamboja?
***
BERTAHUN kemudian, ketika ia dibawa suaminya ke kota untuk tinggal di sana, tak lagi ia lihat kembang turi. Bahkan ia melupakannya.
Sampai suatu ketika, di suatu malam dengan hujan yang tumpah ruah memalu genteng dengan amat keras, tiba-tiba kembang turi melintas dalam pikirannya. Dan di tengah malam itu ia sangat ingin mengunyahnya. Sangat ingin!
"Pi ... mimi pengen maem gudangan kembang turi. Cariin, dong ... " ucapnya memelas sambil mengelus perutnya yang mulai membuncit ...
***
Lalu, suatu ketika tatkala seorang ibu rumah tangga menyuguhi suami dan anak-anaknya dengan pecel atau gudangan kembang turi, maka perempuan yang menatap kembang turi dengan seksama itu seperti penari yang berjingkat-jingkat di atas lidah suami dan anak-anak ibu rumah tangga itu dengan irama dansa yang mempesona.
Sudah lama ia ingin menjadi kembang turi. Saat hari pertama di Sekolah Dasar, murid diwajibkan maju ke depan kelas, mengenalkan diri. Tibalah giliran perempuan itu maju. "Nama saya Erliana, alamat di gang nomor enam ... " Ia berhenti. Bu guru pun bertanya, "Nah, cita-citamu apa, Erliana?" Anak itu menjawab sekencangnya yang membuat kelas itu sontak gaduh oleh tawa, "Saya ingin jadi kembang turi ... "
Kembang turi memasuki mimpi-mimpi Erliana. Tas, buku tulis, buku gambar, semuanya penuh gambar kembang turi. Ia memandangi gambar-gambar itu saat ayahnya memboncengkannya pulang-pergi sekolah dengan sepeda. Ia mencuci kaki dan tangan, kemudian makan, dan matanya kembali jatuh ke kembang turi di sampul buku dan tasnya ketika ia sendirian di kamar.
Bolamatanya menyipit, dahinya berkerut, dan alam lain lalu menyedotnya, menyeruakkannya ke dunia antah berantah. Di sana ia menjadi ratu dengan kembang turi menyelinap di atas telinganya dengan belasan pangeran yang menatapnya takjub ... sampai kemudian ibu menepuk bahu Erliana, membangunkannya dari lamunan. "Ayo sholat dulu sana!"
Kembang turi. Ah, mengapa ia menggantung dengan badan yang segar di ranting yang kering, dengan kelopak-kelopak yang ranum padahal turi tumbuh di pematang sawah yang terpanggang matahari?
Mengapa turi yang batang dan dahannya keras, cokelat mengelupas, dan tak menarik itu menetaskan kembang-kembang yang sekemilau mahkota? Erliana juga tak habis pikir, mengapa kembang turi sangat gurih. Mengapa kembang turi tidak wangi namun enak rasanya sehingga menciptakan cemburu buta mawar, melati, dan bunga kamboja?
***
BERTAHUN kemudian, ketika ia dibawa suaminya ke kota untuk tinggal di sana, tak lagi ia lihat kembang turi. Bahkan ia melupakannya.
Sampai suatu ketika, di suatu malam dengan hujan yang tumpah ruah memalu genteng dengan amat keras, tiba-tiba kembang turi melintas dalam pikirannya. Dan di tengah malam itu ia sangat ingin mengunyahnya. Sangat ingin!
"Pi ... mimi pengen maem gudangan kembang turi. Cariin, dong ... " ucapnya memelas sambil mengelus perutnya yang mulai membuncit ...
***