
KAU telah melakukannya dengan sempurna, meski ada keresahan dalam hatiku, benarkah ini bukan mimpi?
Sejak pertama menatap matamu aku telah menemukan desir ombak. Ada kerlip cinta yang menyala-nyala. Mengubah diriku menjadi kanak-kanak. Membawa diriku pada kenangan masa remaja.
Di sebuah malam pernah kau bertanya, "Bagaimana kalau kita pergi saja, mengikuti angin dan padang belantara, memisahkan diri dari keruwetan pikir, membangun istana di gua atau di pucuk cemara nun jauh di sana?"
Aku kelu dan tak mampu menjawabmu sebab setiap kita bertemu bukan bahasa lisan yang keluar, melainkan bahasa tubuh yang tak lelah memacu keringat. Kita meniti malam-malam dengan bunga sedap malam. Kita lalui bulan demi bulan dengan terang bulan.
Benar-benarkah kau mencintaiku? Benar-benarkah kau mampu menerima keterbatas-keterbatasan? Barangkali pertanyaan itu terus menerus mengganggu hatimu, mengganggu juga hatiku. Pertanyaan yang justru menyuburkan cinta karena sebenarnya kita tak memerlukan jawaban sebab pada setiap kita berjumpa, selalu ada cinta di tatap mata kita yang bersentuhan.
Ah, andai saja kita bersanding tatkala rintik gerimis mengguyur tanah dan aspal seperti saat ini. Sedang apa kau di sana, cinta?
Sejak pertama menatap matamu aku telah menemukan desir ombak. Ada kerlip cinta yang menyala-nyala. Mengubah diriku menjadi kanak-kanak. Membawa diriku pada kenangan masa remaja.
Di sebuah malam pernah kau bertanya, "Bagaimana kalau kita pergi saja, mengikuti angin dan padang belantara, memisahkan diri dari keruwetan pikir, membangun istana di gua atau di pucuk cemara nun jauh di sana?"
Aku kelu dan tak mampu menjawabmu sebab setiap kita bertemu bukan bahasa lisan yang keluar, melainkan bahasa tubuh yang tak lelah memacu keringat. Kita meniti malam-malam dengan bunga sedap malam. Kita lalui bulan demi bulan dengan terang bulan.
Benar-benarkah kau mencintaiku? Benar-benarkah kau mampu menerima keterbatas-keterbatasan? Barangkali pertanyaan itu terus menerus mengganggu hatimu, mengganggu juga hatiku. Pertanyaan yang justru menyuburkan cinta karena sebenarnya kita tak memerlukan jawaban sebab pada setiap kita berjumpa, selalu ada cinta di tatap mata kita yang bersentuhan.
Ah, andai saja kita bersanding tatkala rintik gerimis mengguyur tanah dan aspal seperti saat ini. Sedang apa kau di sana, cinta?