Search

25 Jul 2008

Memunguti Inspirasi dari Kepedihan Hati


Duka nestapa kadangkala lebih dahsyat ketimbang anabolic steroid. Eric Clapton melahirkan lagu Tears in Heaven beberapa jam setelah Conor, anaknya yang baru berumur 4,5 tahun, tewas karena terjatuh dari jendela lantai 53 sebuah apartemen di New York, ke atap bangunan berlantai 4 di sebelahnya pada 1991.


Dave Mustaine, gitaris merangkap vokalis Megadeth menulis lagu In My Darkest Hour di album So Far, So Good... So What! (1988) guna mengenang sahabatnya Cliff Burton, bassis kelompok Metallica yang tewas karena kecelakaan bus yang tergelincir akibat jalanan bersalju dekat kota Ljungby, Swedia saat Metallica mengadakan tur ke Eropa tahun 1986.


Yok Koeswoyo, bassis Koes Plus, membuat lagu berjudul Maria untuk mengenang mendiang istrinya yang tewas dalam sebuah kecelakaan lalulintas. Yok selamat, namun istrinya meregang nyawa. Ironisnya, suami istri itu sedang bertengkar saat kecelakaan terjadi (perhatikan lirik "senja itu aku pergi bersamamu, tiada senyuman kau berikan padaku").


Bebi Romeo mengukir lagu Bunga Terakhir yang kord-nya sangat berat itu ketika ia ditinggalkan kekasih hati, Meisya Siregar. Tak tahunya, beberapa waktu silam Meisya malah kembali ke dekapan Bebi dengan status janda.


Kepedihan tak jarang adalah butiran mutiara. Sakit hati, ngilu di dada, rasa sedih berkepanjangan, seringkali menitiskan inspirasi. Mas Handry TM, cerpenis/novelis Semarang, pernah mengungkap rahasia mengapa ia kerapkali memenangi sayembara novel, cerpen, maupun penulisan skenario.


“Saya kaya inspirasi ketika sedang miskin uang. Tiap kali kere, saya malah menang lomba. Tatkala mengetik naskah untuk lomba tersebut, yang terpikir dalam benak adalah bagaimana saya segera bisa membayar utang-utang,” ujar mantan wartawan Suara Merdeka ini kepada saya di sebuah siang yang padat dalam kafe Excelso Citraland Mall Semarang, beberapa hari setelah skenarionya dinobatkan menjadi juara 1 oleh Departemen Pariwisata, penyelenggaranya. Untuk gelar itu, Mas Handry dihadiahi 30-an juta, yang setelah dipangkas-pangkas untuk melunasi utang, sisanya tinggal sekitar Rp 2 juta.


Menikmati kegelisahan dan menjadikannya cambuk alami bagi proses kreatif, bukan pekerjaan gampang lantaran membutuhkan sikap batin yang kuat. Apakah saya termasuk yang punya pertahanan kuat ketika jiwa sedang gundah gulana padahal saya sedang mengikuti lomba penulisan novel sekarang ini? Entahlah ...

5 komentar:

Enno mengatakan...

ya udah cari2 masalah aja dulu, biar nanti nulisnya jadi lebih 'dalem' heheh :D

piss ah! *sembari kabur*

Arief Firhanusa mengatakan...

wong edan!

Enno mengatakan...

lha, gue dikatain edan? gak salah... gue ni udah berbaik hati lho, sodara2, ngalah gak ikutan lomba supaya yg punya blog ini menang!

*mendesah pilu*

Arief Firhanusa mengatakan...

Hahahahahahahkak ...

Anonim mengatakan...

weh.. lomba?