Search

28 Jul 2008

Dorce Gamalama


Dorce Gamalama mungkin dipandang sebelah mata oleh sebagian kita. Tetapi saya menyimak “Sang Bunda” dengan kacamata bening. Bukan melulu lantaran saya begitu kesal karena sesuatu hal tak bisa menyaksikannya dalam “Dorce Show” dan "Dorce Jalan-jalan” – keduanya ditayangkan TransTV – yang rutin bikin saya ngakak kencang karena joke-jokenya cerdas, melainkan karena ia adalah makhluk langka di negeri ini.


Langka karena ia multi talenta. Dalam dirinya bersemayam beragam bakat – dari presenter, menyanyi, hingga akting (ia pernah bermain di dua film, Dorce Sok Akrab dan Dorce Ketemu Jodoh) – yang membungkusnya dalam satu kubus berlian, menyalip kenyataan pahit bahwa ia sesungguhnya dilahirkan sebagai pria sebelum ia berganti kelamin menjadi wanita, pada 1983 oleh sentuhan Dokter Djohansyah Marzuki SpBP, di Surabaya.


Menyaksikan gerak bibir dan langkah kakinya, aurta seakan dibius lokal untuk terus mengangakan mulut menerima rangsangan yang bertubi-tubi. Ia tak sungkan turun ke meja-meja tamu untuk totalitasnya sebagai penghibur sejati. Ia melakukan cubitan nakal (yang tak terasa pedih) kala ‘menggarap’ bintang tamunya di “Dorce Show”. Di hadapan ibu-ibu pengunjung acara itu, tak jarang ia melakukan ‘rayuan’ kecil terhadap bintang tamu ganteng, sekadar menandaskan bahwa dirinya perempuan sejati, bukan banci yang terbungkus kebaya namun (maaf) alat kelaminnya masih pria!


Dorce satu diantara segelintir saja daftar penghibur di Indonesia yang antikemunafikan. Ia blak-blakan dan bloko suto, mengutarakan apa yang mengendap dalam bilik hatinya tanpa sekat. Ia ‘ngaco’ tapi jujur. Ia ‘ngoceh’ namun mulutnya berjalan berarak dengan hati. Dorce bisa tiba-tiba menjadi manusia paling gokil, bisa pula mendadak menjadi ustadzah.


Dalam jiwanya tertanam masa silam yang kelam, lalu kini menyerbuki tanah tandus dengan semerbak wangi bunga. Tahun 1973 tak ada yang meliriknya dengan nanar. Ia cuma waria sepah dalam kelompok Fantastic Dolls yang terkadang laku, terkadang tidak. Namanya sempat berkelebat di TVRI untuk acara-acara yang menyuguhkan aksi wadam. Aksi yang sesaat menghibur, tetapi esoknya dilupakan.


Wewangian yang melahirkan aroma bunga sedap malam dan tak terbantah. Dorce yang cantik menjadi kian ranum dengan keluhuran hati yang melumuri. Ia mendirikan Yayasan Dorce Halimatussa’diyah 1963 di Jl. Raya jatibening Estate No. 118 Rt.002/001, Jatibening, Pondok Gede, Bekasi, sebuah yayasan yang bergerak di wilayah pendidikan tingkat dasar untuk mencetak manusia-manusia bermental baja.


Menyaksikan Dorce ultang tahun ke-45, 21 Juli lalu di Masjid Al-Hayyu, Bambu Apus, Jakarta Timur yang dihadiri orang-orang beken macam Gus Dur dan istri, Rhoma Irama, Cici Paramida, Dewi Yull, dan Pangdam I/Bukit Barisan Mayjen Tri Tamtono, pupil mata saya sembab oleh keterharuan yang teramat sangat. Panjang umur dan terus mengabdi, Mbak.

7 komentar:

Enno mengatakan...

aku juga suka bunda dorce... terlepas dia perempuan atau bukan, whateverlah... yg penting dia orang baik :)

Anonim mengatakan...

ada apa ini ada apa??
bunda dorce emang baik ya, pak arief
:)

dewi mengatakan...

wah kalo aku gk bakal ngomentarin soal dorce ato bunda dorce, wong aku gk kenal jd gk tau dia tuh baik apa gk (aslinya hehe) cm mo bilang makasih udh nyamperin blog-ku. eh tapi aku panggilnya apa nih, pak apa mas? hehehe

Arief Firhanusa mengatakan...

Mbak Dewi, komentarnya lucu deh. Blak-blakan Suroboyonan, huehehe.

Panggil apa ajalah, asal jangan "pakdhe". Mas juga boleh. Kalo "pak" kok kesannya guru SD, haha ...

Enno mengatakan...

@dewi: saya sih tadinya pengen buanget manggil dia paklik (secara dia dah cukup umur utk dipanggil ituh)... tapi dia gak nikah sm bulik saya piye? heheh

*ngacir sebelum dimutilasi*

shugy mengatakan...

salam dangdut, serrrrrrrr....
hehehe.. eh denger² bunda dorce tahun ini mo merried ya?bener gak mas Arief? :)?

Arief Firhanusa mengatakan...

Mas Shugy, berita infotainmen sih bilang begitu. Entah kapannya aku ga jelas mas. Jambu aernya masih ga mas? Huehehe ...